Sabtu, 20/04/2024 16:37 WIB

Kementan Dorong Stakeholder Susun Road Map Pengembangan Komoditas Perkebunan

Sawit bisa seperti sekarang bukan serta merta karena sudah dikembangkan secara komersial sejak tahun 1910, sudah seratus 111 tahun.

Plt Dirjen Perkebunan, Ali Jamil. (Foto: Ist)

JAKARTA, Jurnas.com - Perkebunan merupakan penyumbang utama devisa sektor pertanian. Tahun 2020 ekspor pertanian mencapai Rp 451,8 triliun. Penyumbang terbesar adalah subsektor perkebunan yaitu 94 persen. Komoditasnya yang paling besar adalah kelapa sawit.

"Sebagai orang perkebunan kita bangga dengan capaian ini. Tidak ada yang tidak bangga dengan ekspor perkebunan. Tetapi di sisi lain harus berpikir keras lagi. Setelah sawit apa lagi yang harus didorong supaya bisa sehebat sawit apakah karet, kakao, kopi atau kelapa," kata Plt Dirjen Perkebunan, Ali Jamil pada peringatan Hari Perkebunan yang dilaksanakan Media Perkebunan baru-baru ini.

Dia menjelaskan, sawit bisa seperti sekarang bukan serta merta karena sudah dikembangkan secara komersial sejak tahun 1910, sudah seratus 111 tahun. Lewat kebijakan pemerintah periode-periode sebelumya seperti kebijakan PBSN, PIR dan lain-lain generasi sekarang menikmati kejayaan sawit.

"Komoditas perkebunan lain perlu didorong. Kakao misalnya dengan luas tanaman 1,5 juta hektare saat ini Indonesia produsen nomor 3 dunia. Posisi nomor 3 dengan luas sebesar itu tidak membanggakan. Produktivitas kita masih jauh lebih rendah dibanding negara lain," katanya.

Jamil minta semua stakeholder menyusun road map pengembangan komoditas perkebunan sehingga bisa menyamai kelapa sawit. Hal ini tidak bisa diserahkan begitu saja pada Kementan, perlu pemikiran dan masukan serta aksi dari komponen masyarakat lain.

"Kelapa, misalnya sudah dari zaman dulu Indonesia adalah eksportir kopra. Demikian juga santan, tepung kelapa dan arang batok kelapa. Dengan luas 3,6 juta ha ternyata sekarang produktivitasnya semakin menurun. Ekspornya harus diubah bukan kopra dan kelapa bulat terus," ujar dia

Salah satu faktor sawit menjadi besar adalah banyak perusahaan besar yang terlibat. Sedang di komoditas lain relatif tidak ada atau sedikit. Kalaupun ada yang besar tidak sebesar sawit. Sedang pembiayaan APBN jelas sangat tidak cukup untuk pengembangan komoditas perkebunan non sawit.

"Pemerintah sudah punya program KUR (Kredit Usaha Rakyat) untuk membiayai pertanian. Dari alokasi Rp70 triliun tahun ini realisasi Rp 83 triliun, perkebunan terbesar Rp 30 triliun. Saya minta semua stake holder untuk ikut serta supaya KUR ini semakin banyak diserap untuk meningkatkan produktivitas," ujar dia.

Ekspor tahun 2020 nilainya meningkat tetapi volumenya menurun. Artinya memang harga komoditas naik, tetapi ada masalah di produksi. "Untung harganya naik sehingga kita masih tertolong. Masih ada masalah produktivitas yang harus diselesaikan,” kata Ali lagi.

Adanya program Peremajaan Sawit Rakyat dengan dana BPDPKS memberi kemudahan petani untuk meremajakan kebunnya. Tetapi bukan sawit saja yang perlu peremajaan. Kelapa, kopi, kakao, karet juga perlu peremajaan. Harus dibuat cara yang memudahkan petani melakukan peremajaan.

Masih banyak potensi misalnya gula merah dan gula semut baik yang berasal dari kelapa atau aren permintaanya di Eropa dan Amerika unlimited. Tetapi siapa yang mau mengembangkan kelapa dan aren secara besar-besaran untuk diambil niranya.

Lahan untuk pengembangan perkebunan masih banyak. Sampai 2024 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) megalokasikan 12 juta ha untuk perhutanan sosial. Saat ini realisasi baru 5 juta hektare.

Pemimpin Umum Media Perkebunan, Gamal Nasir menyatakan saat ini dengan COVID-19 dunia masuk dalam ketidakpastian. Pasokan pupuk dunia berkurang karena negara produsen bahan baku mengurangi ekspor. Akibatnya harga pupuk global naik. Di Indonesia petani kelapa sawit paling merasakan dampaknya dan paling kencang berteriak.

"Saat ini yang harus dilakukan adalah meningkatkan efisiensi di hulu dan meningkatkan hilirisasi. Seperti kata Wapres jangan selalu menjadi eksportir bahan mentah," Kata Mantan Dirjen Perkebunan ini.

Pada kesempatan itu juga Media Perkebunan memberikan penghargaan kepada produsen dan penangkar benih yang diberikan langsung oleh Ali Jamil. Salah satunya adalah PPKS (Pusat Penelitian Kelapa Sawit) sebagai Produsen Benih Terbaik dan Pro Rakyat yang diterima oleh Edwin Syahputra Lubis, Kepala PPKS.

KEYWORD :

Ali Jamil Komoditas Pertanian Kelapa Sawit Kakao Karet




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :