Jum'at, 26/04/2024 06:39 WIB

Kepala BPPSDMP: Produktivitas Ada di Tangan Penyuluh

Peran yang utama dan paling utama dalam peningkatan produktivitas bukan pupuk, benih, dan alasan mesin pertanian (alsintan), melaikan penyuluhan.

Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Kementerian Pertanian (Kementan), Dedi Nursyamsi Webinar Penyuluhan Peran Teknologi Informasi dan Komunikasi Dalam Mendukung Penyelenggaraan Penyuluhan yang digelar BPPSDMP secara hybrid, Kamis (16/12).

JAKARTA, Jurnas.com - Kepada Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanina (BPPSDMP), Kementerian Pertanian (Kementan), Dedi Nursyamsi mengatakan, peningkatan produktivitas pertanian ada di tangann penyuluh.

Hal itu disampaikan pada Webinar Penyuluhan Peran Teknologi Informasi dan Komunikasi Dalam Mendukung Penyelenggaraan Penyuluhan yang digelar BPPSDMP secara hybrid, Kamis (16/12).

Menurut Dedi, peran yang utama dan paling utama dalam meningkatkan produktivitas bukan pupuk, benih, dan alat mesin pertanian (alsintan), melaikan penyuluhan.

"Artinya bagaimana pun kondisi penyuluh, siapapun saat ini penyuluh, produktivitas itu ada di tangan kalian. Kalau kalian mau pasti produktivitas meningkat, tapi kalau para penyuluhnya melempem jangan mimpi ada peningkatan produktivitas," tegas Dedi.

Karena itu, Dedi mengajak seluruh penyuluh baik penyuluh PNS, THL, ASN PPPK, Swasta, dan Swadaya untuk turun ke sawah, dan ladang mendampingi petani menggenjot produktivitas.

Menurut Dedi, dengan pekembangan teknologi informasi dan komunikasi bahkan internet of things (IOT), proses produksi dan produktivitas serta kualitas produk pertanian bisa ditingkatkan. 

Hal itu dia katakan mengingat produktivitas pertanian pernah melesat dari 2,5-2,6 ton per hektare menjadi 5,4-5,6 ton per hektare dengan keterbatasan inovasi teknologi. Saat itu, alsintan masih terbatas pada mekanis dan varietas unggul pun terbatas pada varietas lokal.

Saat ini sudah ada varietas unggul baru (VUB), yang memiliki potensi hasil minimal 5 ton per hektare, teknologi informasi, dan komunikasi pun semakin mudah. Tetapi, selama 10 tahun terakhir rerata produktivitas nasional cenderung stagnan di angka 5,1-5,2 ton per hektare.

"Berarti yang harus digenjot adalah penembak jitunya, yang harus menguasai amunisinya dan senjatanya. Saat ini amunisi yang paling menggenjot produktivitas adalah teknologi informasi dan komunikasi," kata dia.

Sementara itu, Dosen Polbangtan Bogor, Momon Rusmono, mengatakan, sampai kapan pun pembangunan pertanian menjadi tumpuan perokomian nasonal. Hal ini terbukti saat pandami COVID-19.

Menurut Momon, agar pembagunan pertanian dapat terus menciptakan lapangan pekerjaan dan mengurangi kemiskinan, maka diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, andal, punya kemampuan manejerial, kewirausahaan, dan organisasi bisnis.

"Salah satu strategi yang efektif, yang murah, dan masif adalah penyuluhan pertanian. Karena, itu jangan main dengn penyuluhan. Saya minta konsentrasi tinggi," kata dia.

Dia mengatakan, agar penyuluhan berhasil maka diperlukan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Kemajuan IPTEK  bisa menjadi landasan tumbuhnya kreativitas SDM, dan menjadi sumber daya saing ekomomi.

Ke depan, Momon mengungkapkan, tantangan revolusi industri 4.0 harus mampu diikuti oleh pertanian nasional. Penyuluh juga wajib beradaptasi dengan perkembangan teknologi informasi yang fokus pada peningkatan produktivitas.

KEYWORD :

BPPSDMP Dedi Nursyamsi Penyuluh Pertanian Momon Rusmono




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :