Rabu, 24/04/2024 16:38 WIB

Nadiem: Dengan Kampus Merdeka, Dosen Berhak Lakukan Riset

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim mengatakan, saat ini pihaknya tengah mengupayakan kebijakan Kampus Merdeka bagi dosen dan institusi perguruan tinggi di Indonesia.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim (Foto: Ist)

Jakarta, Jurnas.com - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim mengatakan, saat ini pihaknya tengah mengupayakan kebijakan Kampus Merdeka bagi dosen dan institusi perguruan tinggi di Indonesia.

Hal ini lantaran sistem yang ada saat ini kurang mendukung dosen untuk mengaktualisasikan dirinya sesuai dengan tridarma perguruan tinggi, sehingga berdampak pada kualitas perguruan tinggi Indonesia.

Selain itu, akreditasi dan sistem akreditasi dirasakan lebih berdasar kepada kepatuhan administrasi, bukan penilaian yang objektif atas kualitas kampus.

"Perubahan drastis perlu kita lakukan untuk mengubah sistem tersebut, dan itulah yang sekarang sedang sama-sama kita upayakan dengan kebijakan Kampus Merdeka. Dengan Kampus Merdeka, dosen berhak melakukan riset, menerbitkan karya ilmiah, memperdalam ilmu di dalam perusahaan, atau proyek riset di luar kampus," ujar Nadiem pada Kamis (9/12) dalam kegiatan Annual Seminar World Class Professor.

Ajang tahunan ini bertujuan untuk memfasilitasi dosen dari universitas di seluruh Indonesia untuk berinteraksi dengan profesor kelas dunia. Selain itu, melalui ajang ini diharapkan dapat menghasilkan dampak berupa peningkatan kualitas performa dan produktivitas pendidikan tinggi di Indonesia sehingga dapat mendongkrak peringkat universitas Indonesia di World University Rankings.

Lebih lanjut, Nadiem mengatakan dengan pelaksanaan World Class Professor ini, dosen-dosen di Indonesia memiliki peluang yang lebih besar untuk meningkatkan kualitas risetnya.

Menurutnya, luaran wajib dari kegiatan ini yang berupa joint publication dengan profesor kelas dunia akan meningkatkan sitasi publikasi perguruan tinggi di Indonesia.

Ditambah lagi dengan luaran tambahan seperti capacity building, inisiasi double degree atau joint degree, joint supervision atau external examiner, serta pengembangan kurikulum yang lebih berorientasi pada DUDI (dunia usaha dunia industri) akan sangat membantu perguruan tinggi di Indonesia mendapatkan akreditasi internasional dan meningkatkan peringkat kampus di tingkat global.

Terakhir, Nadiem menegaskan kegiatan ini merupakan bukti nyata dan upaya untuk terus memberikan kesempatan kepada dosen-dosen di Indonesia untuk membangun jejaring internasional dan berkiprah di panggung global.

"Untuk itu, besar sekali harapan saya bagi semua yang terlibat dari kegiatan ini akan menjadi agen perubahan yang mendukung akselerasi peningkatan mutu SDM kita. Marilah kita terus bergerak serentak mewujudkan Merdeka Belajar Kampus Merdeka," tutup dia.

Pelaksana tugas (plt.) Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Nizam, menyampaikan bahwa saat ini Indonesia sangat membutuhkan inovasi-inovasi yang relevan untuk menjawab kebutuhan masyarakat.

Hal ini dilakukan untuk mendorong kemajuan di segala sektor yang menunjang kehidupan bangsa Indonesia di tengah pandemi. Untuk itu, melalui semangat Kampus Merdeka, Ditjen Diktiristek Kemendikbudristek mendorong perguruan tinggi untuk bisa menghasilkan inovasi yang relevan dengan kebutuhan di masyarakat, industri, dan berbagai sektor lainnya.

Nizam juga memaparkan bahwa saat ini terdapat banyak sekali sumber kekuatan yang dapat menjadikan bangsa Indonesia terus bergerak membangun bangsa. Indonesia memiliki lebih dari 4.500 perguruan tinggi, lebih dari 300 ribu dosen dari mulai asisten hingga guru besar, serta 8,7 juta mahasiswa.

"Satu kekuatan yang maha dahsyat kalau itu kita gerakkan untuk membangun bangsa, membangun negara," katanya.

Saat ini ekonomi Indonesia tidak bisa lagi mengandalkan pada sumber daya alam dan sumber daya manusia, melainkan harus bergerak pada ekonomi yang berbasiskan pada inovasi.

Selanjutnya menurut Nizam, untuk membangun inovasi dibutuhkan kerja keras, kreativitas, dan pendanaan yang tidak sedikit. Meski diakui pendanaan riset di Indonesia masih sangat rendah, namun Nizam berharap produktivitas riset tak lantas ikut rendah.

Nizam juga mengapresiasi pencapaian yang signifikan dalam publikasi internasional yang dilakukan oleh pendidikan tinggi di Indonesia. Menurutnya, hal tersebut tidak akan terjadi tanpa kerja keras dan kesungguhan dari para dosen di perguruan tinggi.

Dia menyebut selama 5-6 tahun terakhir, produktivitas publikasi internasional Indonesia meningkat lebih dari 6 kali lipat. Dari yang tadinya sekitar 8.000 publikasi internasional per tahun, tahun ini sudah di atas 50 ribu.

"Dalam waktu 5 tahun peringkat Indonesia dalam publikasi, dari peringkat 54 dunia menjadi 21 dunia. Lompatan yang luar biasa sekali. Melompat dari 54 ke 21 itu tidak mungkin terjadi tanpa kerja keras, tanpa kesungguhan kita semua," sebut dia.

KEYWORD :

Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim Kampus Merdeka Riset Dosen




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :