Sabtu, 20/04/2024 14:51 WIB

Pebisnis Logistik Harus Adaptif pada Perubahan

Ttransformasi digital yang dilakukan oleh sektor logistik merupakan sebuah keharusan dan dinilai bisa menjadi katalis untuk bisa bertahan hingga melakukan berbagai ekspansi.

Ketua Umum DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki Nugrahawan Hanafi. Foto: jurnas.com/alfi

JAKARTA, Jurnas.com - Pelaku bisnis logistik perlu segera melakukan adaptasi terhadap perubahan, jika tidak ingin dilibas perkembangan perdagangan maupun tuntutan masyarakat dan prilaku konsumen yang kini pun bertransformasi sangat cepat memanfaatkan digitalisasi.

"Sekarang ini pola bisnis dan perdagangan juga telah berubah bahkan industri juga telah melakukan berbagai perubahan lantaran mereka tidak hanya melihat dari sisi logistik tetapi supply chain (rantai pasok)," ujar Ketua Umum DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki Nugrahawan Hanafi.

Oleh sebab itu, imbuh Yukki, transformasi digital yang dilakukan oleh sektor logistik merupakan sebuah keharusan dan dinilai bisa menjadi katalis untuk bisa bertahan hingga melakukan berbagai ekspansi terutama selama terjadinya pandemi Covid-19 hingga sekarang ini.

"Perusahaan logistik yang tidak mau melakukan perubahan itu, dampaknya bisa tutup. Apalagi peluang bisnis perusahaan jasa kirim maupun e-commerce kian moncer seiring dengan maraknya aktivitas belanja daring masyarakat selama masa Pandemi ini," paparnya.

Yukki mengatakan, sebagai Ketua Umum ALFI, dirinya sudah mengingatkan sejak awal saat Pandemi Covid 19 mulai terjadi yang imbasnya hampir dirasakan semua sektor, termasuk industri distribusi barang atau logistik. Padahal, sektor logistik di tengah pandemi menjadi tulang punggung bagi sektor lain yang membutuhkan distribusi barang.

Perubahan pola bisnis dan perdagangan, kata Yukki, saat ini juga tidak terlepas dipengaruhi karakteristik perkembangan masyarakatnya, yang dimulai dari generasi sebelumnya hingga generasi saat ini.

Bahkan, kata Yukki, dalam perkembanganya, aktivitas perdagangan yang melibatkan penjualan barang atau penawaran jasa secara langsung kepada konsumen akhir atau ritel juga mengalami pergeseran cukup masif yakni dari yang sebelumnya berbentuk tradisional ritel menjadi modern ritel dan kemudian terus bergerak menjadi small ritel dan bahkan saat ini cenderung didominasi online ritel.

Yukki mencontohkan, akibat Pandemi Covid-19 yang diiringi perkembangan digitaliasi diberbagai sektor saat ini juga telah cenderung berimbas perubahan pada aktivitas bekerja, belajar dan bermain (eSport). Selain itu berpengaruh pada aktivitas belanja rumah tangga seperti belanja online meningkat 37%, mengurangi aktivitas di luar rumah (57%), dan work from home (WFH) naik 41% dari sebelumnya. Disamping itu juga berdampak pada aktivias peningkatan penggunaan sosial media.

Yukki mengatakan, perkiraan dari nilai transaksi yang dilakukan secara digital (virtual) di tahun 2025 akan tumbuh 5-10% dari perkiraan sebelum adanya Covid-19 hanya 57% dan estimasi setelah adanya Covid-19 mencapai 67%.

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan RI, bahwa neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus sebanyak USD 30,81 miliar pada periode Januari-Oktober 2021. Adapun salah satu faktor yang membuat surplus yakni perkembangan ekonomi digital dan e-commerce di Indonesia yang kian meningkat cepat, dengan perkiraan pertumbuhan tahunan 2021 mencapai Rp 337 triliun.

"Karenanya program digitalisasi rantai pasok logistik atau logistic supply chain sangat penting untuk mendukung pemulihan dan pertumbuhan ekonomi nasional. Perusahaan logistik nasional juga perlu mengupgrade ke arah itu," ucap Yukki.

KEYWORD :

pebisnis logistik adaptif perubahan transformasi digital ALFI




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :