Sabtu, 20/04/2024 03:46 WIB

Gizi Seimbang Kunci Agar Tak Stunting

Kesempatan mencegah stunting ada pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yang terhitung sejak pertemuan antara sel telur dan sel sperma hingga anak berusia 2 tahun

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKNN), Hasto Wardyo dalam arahannya pada peluncuran program Dapur Sehat Atasi Stunting (Dahsat) se Provinsi DI Yogyakarta, Selasa (30/11).

JAKARTA, Jurnas.com - Pemerintah terus mempercepat penurunan stunting di angka 14 persen di tahun 2024, yang waktunya tinggal 2,5 tahun. Salah satunya melalui program Dapur Sehat Atasi Stunting (Dashat).

Demikian kata Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKNN), Hasto Wardyo dalam arahannya pada peluncuran program Dapur Sehat Atasi Stunting (Dahsat) se Provinsi DI Yogyakarta, Selasa (30/11).

"Pembangunan Dashat ini tentu menindaklanjuti spirit dari arahan Presiden terkait dengan percepatan penurunan stunting yang harus menuju angka 14 persen di tahun 2024, waktu tinggal 2,5 tahun sehingga kita harus bekerja cepat dalam rangka untuk merespon stunting itu," ujarnya

Hasto mengatakan, kesempatan mencegah stunting ada pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yang terhitung sejak pertemuan antara sel telur dan sel sperma hingga anak berusia 2 tahun. "Orang hamil itu 280 hari kemudian diluar tinggal sisanya 720 hari dan itulah membutuhkan asupan yang sangat penting untuk gizi seimbang," jelasnya.

Menurut Hasto, pertanda bahwa 1.000 hari itu penting sudah ada pada bayi. Tanda itu terlihat pada ubun-ubun bayi yang belum menutup pada periode tersebut.

"Jadi masih renggang karena otak masih bisa berkembang. Begitu masuk 1.000 hari maka tulang ketemu tulang sehingga kepala sudah tidak dapat berkembang lagi sehingga itulah kesempatannya 1.000 HPK untuk memberikan asupan nutrisi yang sebaik-baiknya," terang Hasto.

Hasto menekankan, kunci sukses untuk tidak stunting adalah gizi seimbang. "Kita anjurkan protein hewaninya tidak perlu protein hewani yang mahal yaitu cukup protein hewani yang bersumber dari telur dan ikan karena telur dan ikan itu cukup murah," tambahnya.

Perwakilan BKKBN DIY, Shodiqin menambahkan, untuk menurunkan angka stunting sesuai yang diharapkan Bapak Presiden yaitu 14 persen pada 2024 harus didukung semua pihak.

"Kabupaten Kota se-DIY dan rata-rata di DIY sudah rendah stuntingnya terutama di Yogya ini kurang lebih sekitar 12 persen dan insyallah dari Yogya ini bisa zero stunting," ujarnya.

Dia berharapkan di Yogya bisa menjadi salah satu percontohan tingkat nasional jika dukungan semuanya bisa bersama-sama berhasil menurunkan stunting.

"Jadi stunting itu dimulai dari keluarga pendekatan melalui keluarga dimana tim pendamping keluarga ini di DIY sudah terbentuk sekitar 1.852 dimana setiap tim pendamping keluarga itu ada tiga unsur yaitu dari Bidan, Tim Penggerak PKK dan Kader-kader yang ada di daerah," ujarnya.

Selain itu, dia mengatakan, BKKBN juga bekerja sama dengan Kementrian Agama (Kemenag) untuk memastikan calon pengatin yang sudah mendaftarkan diri di KUA benar-benar sehat.

"Bagi calon pengantin yang ingin melaksanakan pernikahan kalau memang belum sehat, tetap melaksanakan akad nikah tetapi jika dideteksi ternyata kurang sehat maka diharapkan ditunda dulu kehamilannya. Harapannya begitu hamil dan melahirkan diharapkan anaknya sehat," ujarnya.

“Harapan kami dengan adanya launching ini, jangan berhenti sampai sini kegiatan-kegiatan yang sudah ada kita laksanakan ini juga salah satu di DIY yang mendapat dukungan dari mitra pihak swasta seperti yang sudah kita ketahui bersama seperti ACT berupa Freezer dan juga bantuan dari BBS berupa edukasi bagaimana kelompok-kelompok usaha peningkatan pendapatan keluarga aseptor ini juga mendapatkan penghasilan”, terangnya.

Gusti Kanjeng Ratu Bendara berharap Dashat ini bisa menyelesaikan segala permasalahan masyarakat, masyarakat menengah kebawah diperlukan sebuah bantuan pangan. Mengenai masyarakat menengah keatas perlu diberikan edukasi yang perlu digaungkan, karena masyarakat Indonesia itu kencang akan sebuah stigma yang timbul, tidak hanya permasalahan stunting ataupun COVID-19

"Bagaimana kita bisa membungkus diksi stunting agar tidak malu, namun kita Gerakan agar siapapun bisa lapor dan teratasi, stunting itu tidak memalukan namun stigma itu yang harus diubah dikalangan atas," ujarnya.

"Ada kasus orang takut dibantu mengenai stunting karena takut dicap keluarga stunting, maka dari itu perlunya pemberian sebuah edukasi tersebut. Saya harap zero stunting akan tercapai seluruh Indonesia untuk mencapai Indonesia emas dikemudian hari," imbuh Bendara.

KEYWORD :

Dahsat Hasto Wardoyo BKKBN Stunting




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :