Jum'at, 26/04/2024 06:56 WIB

Mentan Ajak Penyuluh Perkuat Kedaulatan Pangan

Setiap perjuangan dalam menjaga sektor pertanian akan mendapat balasan langsung dari Tuhan Yang Maha Esa. Balasan itu antara lain berupa kemuliaan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo pada acara Mentan Sapa Petani dan Penyuluh (MSPP) Volume 44 yang mengangkat tema Pengelolaan Pupuk Bersubsidi, Jumat (26/11).

JAKARTA, Jurnas.com  - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan, peran penyuluh pertanian sebagai pendamping petani dalam menjaga ketahanan pangan adalah pekerjaan kemnausiaa.

Hal tersebut disampaikan Mentan dalam program Menteri Sapa Petani dan Penyuluh Pertanian (MSPP) yang digelar Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) di ruang Agricultural War Room (AWR) Kementan, Jakarta Selatan, Jumat (26/11).

"Jadi yang paling penting dari pertanian itu adalah mampu gak kita membangun mindset dalam hati dan pikiran kita bahwa yang kita kerjakan ini sesuatu yang bersentuhan pada tugas, fungsi, dan peranan kemanusiaan," kata Syahrul.

Syahrul mengatakan, setiap perjuangan dalam menjaga sektor pertanian akan mendapat balasan langsung dari Tuhan Yang Maha Esa. Balasan itu antara lain berupa kemuliaan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.

"Mengurus makanan rakyat itu anugerah Tuhan, dan yang pasti akan mendapat catatan baik dari malaikat. Kalau begitu menjadi petani, menjadi penyuluh, menjadi Kadis bahkan menjadi menteri sekalipun adalah rahmat Tuhan," ujar Syahrul.

"Saya berharap kita semua bisa memperkuat kedaulatan pangan kita dengan menjaga pertanian. Tanamkan dalam hati bahwa yang kita lakukan ini adalah ibadah," katanya.

Syahrul mengatakan, ekspor pertanian satu-satu tumbuh positif saat semua sektor berada di garis merah. Kenaikan ini jarang terjadi sejak zaman orde baru apalagi di tengah pandemi COVID-19. "Berarti kalian kerja keras. Tidak ada ekspor tanpa kerja keras," ujarnya.

Di tempat yang sama, Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi meminta kepada penyuluh untuk mendampingi petani menyiapkan eRDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok Tani) pupuk subsidi.

"Akurasi data, kecepatan data, dan dikirim tepat waktu itu menjadi kunci keberhasilan pengelolaan pupuk subsidi. Yang paling penting adalah akurasi lahan. Karena inilah sebenarnya yang menentukan alokasi pupuk nasional kita," tegas Dedi.

Dedi juga meminta kepada penyuluh agar menyampaikan kepada petani, kemapuan pemerintah memberikan pupuk subsidi sangat terbatas. "Tahun lalu usulan eRDKK kita 24 juta ton pupuk subsidi untuk berbagai komoditas, tapi ternyata pemerintah hanya mampu mengalokasikan 9 juta ton," kata Dedi.

Dedi menyampaikan, kemapuan pabrik pupuk dalam negeri kurang lebih hanya lebih 13 juta ton. Dari 13 juta ton tersebut, sebagian diekspor, digunakan dalam negeri dalam bentuk nonsubsidi, dan sebagian lagi untuk pupuk subsidi.

"Memang kemampuan pabrik kita memproduksi pupuk saat ini memang segitu. Dari 13 juta ton 9 juta untuk pupuk subsidi, sebagian kecil mungkin sekitar 3 juta ton untuk nonsubsidi dan sisahnya 1 juta ton itu ekspor," kata Dedi.

Karena itu, Dedi menegaskan pentingnya akurasi data. "Data petani dan lahan itu mestinya tidak banyak berubah paling juga sedikit. Jadi, para penyuluh silakan gunakan data lama tinggal dicocokan di lapangan," kata Dedi.

Selain mendampingi petani menyusun eRDKK, kata Dedi, penyuluh juga harus memastikan agar petani mengaplikasikan pemupukan dengan benar, yaitu sesuai dengan konsep pemupukan berimbang.

Pemupukan berimbang pada prinsipnya adalah menggunakan pupuk sesuai dengan kebutuhan tanaman dan tingkat kesuburan tanah. "Pemupukan berimbang ditujukan agar keseimbangan hara di dalam tanah favorable atau kondusif untuk pertumbuhan tanaman," kata Dedi.

Kementan juga berharap pupuk subsidi dimaksimalkan, termasuk untuk petani di lokasi Integrated Participatory Development and Management of Irrigation Program (IPDMIP) untuk mendongkrak produktivitas.

KEYWORD :

Syahrul Yasin Limpo Kedaulatan Pangan Dedi Nursyamsi BPPSDMP Penyuluh




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :