Rabu, 24/04/2024 14:36 WIB

Rusia Ngaku Hancurkan Satelit Selama Uji Coba Rudal

Langkah itu menghidupkan kembali kekhawatiran tentang meningkatnya perlombaan senjata di luar angkasa, yang mencakup segala hal mulai dari senjata laser hingga satelit yang mampu mengusir orang lain keluar dari orbit.

Pada bulan Juli, seluruh ISS miring keluar dari orbit setelah pendorong modul Nauka menyala kembali beberapa jam setelah berlabuh. (Foto: NASA via AFP)

MOSKOW, Jurnas.com - Rusia mengaku menghancurkan salah satu satelitnya selama uji coba rudal, Selasa (16/11). Negara tersebut menolak tuduhan Amerika Serikat (AS) bahwa langkah itu membahayakan Stasiun Luar Angkasa Internasional.

Pejabat AS pada Senin menuduh Rusia melakukan serangan berbahaya dan tidak bertanggung jawab terhadap satelit yang telah menciptakan awan puing dan memaksa kru ISS untuk mengambil tindakan mengelak.

Langkah itu menghidupkan kembali kekhawatiran tentang meningkatnya perlombaan senjata di luar angkasa, yang mencakup segala hal mulai dari senjata laser hingga satelit yang mampu mengusir orang lain keluar dari orbit.

Kementerian pertahanan Rusia mengatakan telah berhasil melakukan tes, akibatnya pesawat ruang angkasa Rusia `Tselina-D`, yang telah mengorbit sejak 1982, dihancurkan.

Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu kemudian mengatakan peluncuran itu menggunakan sistem menjanjikan yang secara akurat mengenai sasarannya."Fragmen yang terbentuk tidak menimbulkan ancaman bagi aktivitas luar angkasa," tambahnya, seperti dikutip kantor berita Rusia.

Para pejabat AS mengatakan tidak diberitahu sebelumnya tentang uji coba rudal anti-satelit hanya keempat yang pernah menghantam pesawat ruang angkasa dari darat yang menghasilkan lebih dari 1.500 keping puing orbit yang dapat dilacak.

Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken mengatakan Senin bahwa bahaya masih jauh dari selesai dan puing-puing akan terus mengancam satelit dan aktivitas di ISS.

 

Militer Rusia mengatakan sedang melakukan kegiatan yang direncanakan untuk memperkuat kemampuan pertahanannya, tetapi membantah bahwa tes itu berbahaya.

"AS tahu pasti bahwa fragmen yang dihasilkan, dalam hal waktu uji dan parameter orbital, tidak dan tidak akan menimbulkan ancaman bagi stasiun orbital, pesawat ruang angkasa, dan aktivitas luar angkasa," katanya.

Konfirmasi klaim AS datang beberapa saat setelah Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov membantah bahwa Moskow telah membahayakan ISS.

"Untuk menyatakan bahwa Federasi Rusia menciptakan risiko untuk penggunaan ruang angkasa secara damai, setidaknya, adalah kemunafikan," kata Lavrov pada konferensi pers di Moskow, menambahkan bahwa "tidak ada fakta" di balik klaim tersebut.

Kementerian luar negeri Rusia kemudian mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa tes itu dilakukan sesuai dengan hukum internasional dan tidak ditujukan terhadap siapa pun.

NASA mengatakan awak di pos orbital saat ini empat orang Amerika, seorang Jerman dan dua orang Rusia  dibangunkan dan dipaksa untuk berlindung di kapal mereka yang kembali.

Satelit itu adalah satelit intelijen sinyal Soviet yang telah mati selama beberapa dekade.

Sebelumnya pada  Selasa, badan antariksa Roscosmos Rusia mengatakan sistem peringatan otomatis untuk situasi berbahaya terus memantau situasi untuk mencegah dan melawan semua kemungkinan ancaman terhadap keselamatan Stasiun Luar Angkasa Internasional dan awaknya.

"Bagi kami, prioritas utama adalah dan tetap memastikan keselamatan tanpa syarat para kru," kata Roscosmos dalam sebuah pernyataan.

Kepala Roscosmos Dmitry Rogozin mengatakan mengadakan panggilan telepon "detail" dengan kepala NASA Bill Nelson pada Selasa malam. "Singkatnya ... kami bergerak maju, memastikan keselamatan kru kami di ISS dan membuat rencana bersama," kata Rogozin di Twitter.

Nelson mengatakan pada  Senin bahwa dia marah oleh tindakan yang tidak bertanggung jawab dan tidak stabil.

Yury Shvytkin, wakil ketua majelis rendah komite pertahanan parlemen Rusia, membantah Rusia melakukan militerisasi ruang angkasa. "Kami telah dan menentang militerisasi luar angkasa," katanya seperti dikutip kantor berita Interfax.

Tetapi analis militer Rusia Pavel Felgenhauer mengatakan kepada AFP bahwa "sudah lama diketahui bahwa kami memiliki senjata anti-rudal dan anti-ruang angkasa dan kami mengerahkannya".

Senjata anti-satelit (ASAT) adalah rudal berteknologi tinggi yang hanya dimiliki oleh segelintir negara.

India adalah yang terakhir melakukan tes pada target pada 2019, sebuah insiden yang dikritik oleh AS dan lainnya setelah ratusan keping sampah luar angkasa dibuat.

AS menembak jatuh sebuah satelit pada 2008 sebagai tanggapan terhadap China yang mendemonstrasikan KO serupa pada 2007. Tahun lalu, Inggris dan AS menuduh Rusia menguji satelit "boneka bersarang" yang membuka dan melepaskan pesawat yang lebih kecil untuk mengintai satelit AS.

Terlepas dari ketegangan, AS dan Rusia telah mempertahankan hubungan luar angkasa yang kuat sejak akhir Perang Dingin, bekerja sama erat di ISS, yang mereka bangun bersama. (AFP)

KEYWORD :

Rusia Uji Coba Rudal Satelit




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :