Jum'at, 19/04/2024 21:44 WIB

Terjawab Sudah, Ini Penyebab Orang Kaya Bertubuh Tinggi

Tinggi rata-rata di Inggris naik sebesar 3,9 inci (10 cm) selama abad ke-20, dan hingga 7,8 inci di negara lain, seiring dengan peningkatan kesehatan gizi. Tetapi bagaimana tepatnya ini terjadi sebelumnya tidak pernah dipahami.

Ilustrasi anak bertubuh tinggi (Foto: BBC)

London, Jurnas.com - Teka-teki mengapa manusia tumbuh lebih tinggi dan mencapai pubertas lebih awal dari sebelumnya, akhirnya mampu dipecahkan oleh ilmuwan. Dikatakan, hal itu berhubungan dengan sensor otak.

Tinggi rata-rata di Inggris naik sebesar 3,9 inci (10 cm) selama abad ke-20, dan hingga 7,8 inci di negara lain, seiring dengan peningkatan kesehatan gizi. Tetapi bagaimana tepatnya ini terjadi sebelumnya tidak pernah dipahami.

Para ilmuwan telah lama mengetahui bahwa manusia yang mudah mengakses makanan cenderung tumbuh lebih tinggi, dan berkembang menjadi dewasa lebih cepat.

Di Korea Selatan, misalnya, tinggi badan orang dewasa meroket seiring dengan transformasi negara itu dari negara miskin menjadi masyarakat yang jauh lebih maju. Namun di beberapa bagian Asia Selatan dan Afrika, hanya sedikit orang tinggi.

Dikutip dari BBC pada Rabu (3/11), hal ini rupanya disebabkan oleh bagian otak yang disebut hipotalamus, yang bertugas memberikan sinyal tentang kesehatan nutrisi tubuh, lalu memicu pertumbuhan.

Studi baru yang diterbitkan di Nature ini dipimpin oleh para peneliti dari University of Cambridge, bersama tim dari Queen Mary University of London, University of Bristol, University of Michigan dan Vanderbilt University. Dikatakan, ada faktor reseptor otak di balik proses pertumbuhan.

Ini disebut MC3R dan merupakan penghubung penting antara makanan dan perkembangan serta pertumbuhan seks.

"Sinyal memberi tahu tubuh bahwa kita hebat di sini, kita punya banyak makanan, jadi tumbuh dengan cepat, segera mengalami pubertas dan menghasilkan banyak bayi," kata Prof Sir Stephen O`Rahilly, penulis studi dari Cambridge.

"Ini bukan hanya keajaiban, kami memiliki diagram pengkabelan lengkap tentang bagaimana hal itu terjadi," sambung dia.

Ketika reseptor otak tidak bekerja secara normal pada manusia, para peneliti menemukan orang cenderung lebih pendek, dan mulai pubertas lebih lambat daripada orang lain.

Tim mencari melalui susunan genetik dari setengah juta sukarelawan yang mendaftar ke UK Biobank, database besar informasi genetik dan kesehatan, untuk mengonfirmasi bahwa ini benar.

Anak-anak yang ditemukan memiliki mutasi gen yang mengganggu reseptor otak, semuanya lebih pendek dan beratnya kurang dari anak-anak lain, yang menunjukkan bahwa efeknya dimulai sejak dini.

Tim peneliti menemukan satu orang yang mengalami mutasi pada kedua salinan gen MC3R, yang sangat langka dan merusak. Orang ini sangat pendek, dan mulai pubertas setelah usia 20 tahun.

Penemuan ini dapat membantu anak-anak dengan keterlambatan serius dalam pertumbuhan dan pubertas, serta mereka yang menjadi lemah karena penyakit kronis dan perlu membangun otot.

"Penelitian di masa depan harus menyelidiki apakah obat yang secara selektif mengaktifkan MC3R dapat membantu mengarahkan kalori ke otot dan jaringan tanpa lemak lainnya, dengan prospek meningkatkan fungsi fisik pasien tersebut," kata Prof O`Rahilly.

Para ilmuwan telah mengidentifikasi reseptor otak yang mengontrol nafsu makan, yang disebut MC4R, dan mereka yang kekurangan biasanya mengalami obesitas.

Ketika anak-anak dari keluarga miskin mendapatkan makanan dan kalori yang cukup, mereka dapat tumbuh setinggi yang mereka warisi dari orang tua dan kakek-nenek mereka.

Orang yang lebih tinggi umumnya hidup lebih lama dan lebih kecil kemungkinannya untuk menderita masalah jantung, dan mungkin juga pada akhirnya menghasilkan uanng lebih banyak. Tapi manusia tidak bisa terus tumbuh selamanya.

Seperti banyak negara lain di Eropa, tinggi rata-rata di Inggris melonjak selama satu abad terakhir, namun ada pula tanda-tanda dalam 10 tahun terakhir bahwa kurvanya mendatar.

KEYWORD :

Peninggi Badan Orang Kaya Pertumbuhan Manusia Hasil Penelitian




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :