Rabu, 24/04/2024 18:54 WIB

Marah-marah di Gorontalo, Tri Rismaharini Dinilai Gagal Kelola Konflik

Sebagai menteri sosial, Risma justru seperti orang yang anti-sosial. Kerap meledak-ledak tanpa kontrol sosial.

Pengamat komunikasi politik Universitas Nasional (Unas) Jakarta, Selamat Ginting. Foto: akuratnews

JAKARTA, Jurnas.com – Pengamat komunikasi politik dari Universitas Nasional (Unas) Jakarta, Selamat Ginting, menilai perilaku Menteri Sosial Tri Rismaharini di Gorontalo, Jumat (1/10/2021), sebagai ketidakmampuan Risma mengelola konflik secara baik.

Prilakunya yang tidak terkontrol tersebut uga dinilai bisa gagal menyampaikan pesan sebagai komunikator politik.

“Risma memiliki kelemahan tidak mampu mengelola konflik secara baik,” kata Selamat Ginting di Jakarta, Sabtu (2/10/2021), menanggapi sikap marah-marah Risma di Gorontalo yang terekam video dan viral.

Padahal, kata Selamat Ginting, sebagai Menteri Sosial, Risma adalah pejabat publik yang wajib memiliki kemampuan mengelola konflik sosial. 

“Dengan perilakunya yang tanpa kontrol, Risma bisa gagal menyampaikan pesan sebagai komunikator politik,” ujarnya.

Menurutnya, proses komunikasi politik akan berjalan lancar karena peran faktor komunikator politik.

Sedangkan komunikator politik akan berjalan efektif apabila didukung oleh beberapa unsur yaitu penampilan dan sikap dari komunikator.

“Penampilan komunikator baik secara verbal maunpun non verbal yang meliputi bicara, cara berpakaian, ekspresi verbal dan non verbal, kerapian, penggunaan kata dan bahasa sangat mempengaruhi proses komunikasi berlangsung,” tutur Selamat Ginting.

Menurut Selamat Ginting, sebagai menteri sosial, Risma justru seperti orang yang anti-sosial. Kerap meledak-ledak tanpa kontrol sosial.

“Risma cenderung temperamental, sangat emosional di depan kamera. Padahal perilakunya dapat memicu konflik terbuka di depan publik,” katanya.

Selain itu, lanjut Selamat Ginting, marah-marah di depan umum dan kerap tanpa kontrol menunjukkan Risma tidak memiliki manajemen komunikasi konflik secara baik.

Sebagai menteri sosial, mestinya Risma lebih bijak dan mampu mengendalikan lingkungan sosial di mana ia berada. Marah boleh saja, tetapi harus diatur.  Bukan diumbar di depan umum.

“Menteri sosial itu bukan seperti emak-emak di pasar. Tidak boleh Risma secara histeris mengekpresikan kekecewaannya dengan marah-marah,” ujarnya.

“Kita harus beritahu dia, bukan malah memuji-mujinya, seolah perilakunya benar. Benar ketegasan sebagai pemimpin sangat  penting. Tegas bukan berarti pemimpin yang emosional dan menimbulkan kontroversi yang menimbulkan konflik sosial,” imbuh Selamat Ginting.

KEYWORD :

Tri Rismaharini Mensos medsos marah Selamat Ginting




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :