Jum'at, 26/04/2024 06:12 WIB

Israel Tentang Rencana Biden Buka Lagi Konsulat di Yerusalem

Tindakan itu salah satu dari beberapa gerakan yang membuat marah orang-orang Palestina, yang menginginkan Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara masa depan yang diharapkan.

Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid. (Berkas/AFP)

Yerusalem, Jurnas.com - Menteri Luar Negeri Israel, Yair Lapid menentang rencana Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden untuk membuka kembali konsulat di Yerusalem.

Pemerintahan Presiden Donald Trump sebelumnya mengisyaratkan dukungan untuk klaim Israel atas Yerusalem sebagai ibu kotanya oleh kedutaan AS di sana dari Tel Aviv. Ia kemudian memasukkan konsulat, di Yerusalem barat, dalam misi itu.

Tindakan itu salah satu dari beberapa gerakan yang membuat marah orang-orang Palestina, yang menginginkan Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara masa depan yang diharapkan.

Presiden Joe Biden telah berjanji untuk memulihkan hubungan dengan Palestina, mendukung solusi dua negara dan bergerak maju dengan membuka kembali konsulat. Itu telah ditutup sejak 2019, dengan urusan Palestina ditangani oleh kedutaan.

"Kami pikir itu ide yang buruk," kata Lapid pada konferensi pers ketika disinggung soal pemukaan konsulat tersebut. "Yerusalem adalah ibu kota berdaulat Israel dan Israel saja, dan oleh karena itu kami pikir itu bukan ide yang bagus.

"Kami tahu bahwa pemerintahan (Biden) memiliki cara berbeda dalam melihat ini, tetapi karena itu terjadi di Israel, kami yakin mereka mendengarkan kami dengan sangat hati-hati," lanjutnya.

 

Israel merebut timur kota, bersama dengan Tepi Barat dan Gaza yang diduduki, dalam perang Timur Tengah 1967. Israel menganggap seluruh Yerusalem sebagai ibu kotanya yang tidak terbagi.

Dalam mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada 2017, Trump mengatakan tidak mengambil posisi pada masalah status akhir apa pun, termasuk batas-batas spesifik kedaulatan Israel di Yerusalem.

Lapid mengatakan, Pembukaan kembali konsulat dapat mengganggu ketenangan pemerintah Perdana Menteri Israel, Naftali Bennett , yang mengakhiri masa jabatan perdana menteri jangka panjang Benjamin Netanyahu pada Juni.

"Kami memiliki struktur pemerintah kami yang menarik namun rapuh dan kami pikir ini mungkin mengacaukan pemerintah ini dan saya tidak berpikir pemerintah Amerika menginginkan ini terjadi," katanya.

Perpecahan di antara warga Palestina juga menimbulkan keraguan tentang prospek diplomasi, kata Lapid. "Saya sangat percaya pada solusi dua negara ... tetapi kita harus mengakui fakta bahwa ini tidak layak dalam situasi saat ini." (Reuters)

KEYWORD :

Amerika Serikat Joe Biden Yerusalem




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :