Bom Bunuh Diri Tewaskan Belasan Orang di Luar Bandara Kabul

Jum'at, 27/08/2021 07:35 WIB

Jakarta, Jurnas.com - Sebuah bom bunuh diri yang diduga meledak di luar bandara Kabul, menewaskan sedikitnya 13 orang termasuk anak-anak, Kamis (26/08) waktu setempat.

Hal itu disampaikan seorang pejabat Taliban, setelah Amerika Serikat dan sekutunya mendesak warga Afghanistan untuk meninggalkan daerah itu karena ancaman Daesh.

Seorang pejabat AS mengatakan anggota layanan Amerika termasuk di antara yang terluka. Ia memperingatkan bahwa itu bisa berubah. Dia mengatakan ada korban tetapi tidak tahu berapa banyak atau dari kebangsaan apa.

Ribuan orang telah berkumpul di luar bandara dalam beberapa hari terakhir. Pasukan Barat berlomba-lomba untuk mengevakuasi orang asing dan warga Afghanistan yang membantu negara-negara Barat selama perang 20 tahun melawan Taliban, dan keluar dengan  batas waktu 31 Agustus.

Sekretaris pers Pentagon John Kirby mengatakan telah terjadi ledakan dan tidak jelas apakah ada korban. Seorang diplomat Barat di Kabul sebelumnya mengatakan daerah di luar gerbang bandara "sangat ramai" lagi meskipun ada peringatan dari potensi serangan.

Apakah itu pendudukan Afghanistan atau Palestina tidak bertahan selamanya 
Ada beberapa rincian serangan itu, tetapi negara-negara Barat telah memperingatkan potensi serangan oleh Daesh.

Taliban, yang pejuangnya menjaga perimeter di luar bandara, adalah musuh elemen lokal Daesh, yang dikenal sebagai Islamic State Khorasan (ISIS-K), setelah nama lama untuk wilayah tersebut.

"Penjaga kami juga mempertaruhkan nyawa mereka di bandara Kabul, mereka juga menghadapi ancaman dari kelompok Negara Islam," kata seorang pejabat Taliban, yang berbicara dengan syarat anonim dan sebelum laporan ledakan.

Presiden AS Joe Biden telah diberitahu tentang ledakan itu, menurut seorang pejabat Gedung Putih. Biden sedang dalam pertemuan dengan pejabat keamanan tentang situasi di Afghanistan ketika ledakan itu pertama kali dilaporkan, menurut seseorang yang mengetahui masalah tersebut.

Kekhawatiran tentang serangan datang dengan latar belakang kacau di Kabul, di mana pengangkutan udara besar-besaran warga negara asing dan keluarga mereka serta beberapa warga Afghanistan telah berlangsung sejak sehari sebelum Taliban merebut kota itu  pada 15 Agustus, membatasi kemajuan kilat di seluruh wilayah Kabul.  (Middleeast)

TERKINI
Bertepatan Hari Pers Internasional, 57 Pemimpin Redaksi Deklarasi ICEC Luhut Tegaskan Tanpa Nikel RI Pasar Mobil Listrik Amerika Terpuruk KPK: Kuasa Hukum Gus Muhdlor Kirim Surat Penundaan Pemeriksaan DPR Dukung Rencana Jokowi Bentuk Satgas Pemberantasan Judi Online