Krisis Bahan Bakar, Lebanon Terancam Kekurangan Pasokan Air

Kamis, 26/08/2021 13:10 WIB

Jakarta, Jurnas.com - Pemerintah Lebanon dikabarkan tidak akan memasok air ke banyak daerah di ibu kota Beirut dan Gunung Lebanon karena kekurangan bahan bakar.

Perusahaan air Lebanon (EBML) mengatakan bahwa mereka dipaksa untuk menerapkan program penjatahan yang parah di sebagian besar wilayah dalam yurisdiksinya, karena kegagalan untuk menerima solar dari fasilitas minyak lokal untuk mengoperasikannya pompa air.

Perusahaan Air Lebanon Utara juga mengatakan kepada media bahwa pasokan listrik hampir tidak ada, sehingga kesulitan dalam menyediakan bahan bakar diesel untuk operasi dan transmisi generator listrik milik pabrik produksi dan sumur.

"Kekurangan solar akan berdampak negatif pada proses produksi dan distribusi air," kata perusahaan publik itu dilansir Middleeast, Kamis (26/08).

Selama dua tahun sekarang, Lebanon telah mengalami krisis ekonomi terburuk dalam sejarah modernnya, menderita kekurangan bahan bakar, obat-obatan dan komoditas dasar dan mata uang asing.

Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) baru-baru ini memperingatkan bahwa lebih dari empat juta orang di Lebanon mungkin akan mengalami kekurangan air yang parah, yang membahayakan nyawa mereka.

Pada hari Sabtu, pemerintah Lebanon mengurangi subsidi bahan bakar, menaikkan harga menjadi 8.000 lira ($5,30) per liter, bukannya 3.900 lira ($2,58) per liter. Harga bahan bakar kemudian melonjak 66 persen.

TERKINI
Komisi IV Dorong Pariwisata di NTT Harus Didukung Sektor Pertanian, Perikanan, dan Peternakan Komisi IV: Taman Nasional Komodo Harus Dijaga Kelestariannya Kerusakan Saraf di Punggung, Britney Spears Harus Terapi Akupunktur Setiap Hari Komisi XI Nilai Kenaikan BI-Rate Antisipasi Pelemahan Rupiah