Gereja Oikumene Dibom, Ancaman Radikalisme Agama
Senin, 14/11/2016 01:02 WIB
Jakarta - Insiden bom di Gereja Oikumene Samarinda sebagai bukti bahwa bahaya radikalisme agama yang merupakan trend global sudah menjadi ancaman serius bagi Indonesia.
Koordinator Kaukus Pancasila, Eva Kusuma Sundari mengatakan, pihaknya amat menyesalkan dan mengutuk kejadian bom
Gereja Oikumene Samarinda, apalagi korbannya didominasi oleh anak-anak.
"Kejadian ini juga membuka mata kita bahwa BNPT perlu memperbaiki program deradikalisasinya karena pelaku adalah eks napi teroris yang merupakan jaringan kelompok radikal yang terlibat pada kasus bom buku tahun 2011," kata Eva, Jakarta, Minggu (13/11).
Menurutnya, insiden ini memunculkan dugaan terkait tidak saja adanya kekurang efektifan program pembinaan dalam lapas, tetapi juga ada kelemahan dalam program pemantauan terhadap mantan napi teroris pasca dibebaskan.
"Harusnya pelaku penyerangan di
Gereja Oikumene,
Samarinda ini diawasi lebih ketat dikarenakan ia pernah diketahui membawa bendera ISIS di Parepare pada tahun 2014 dan sempat ditahan oleh kepolisian," terangnya.
Kata Eva, evaluasi mendalam dan menyeluruh terhadap program deradikalisasi selama ini perlu dilakukan sehingga dapat menjadi masukan bagi program pencegahan terorisme yang efektif sesuai konteks saat ini.
"Salah satu strategi BNPT untuk memperbaiki program deradikalisasi adalah dengan membangun early warning system terhadap gejala intoleransi terhadap kelompok primordial tertentu. BNPT kemudian dapat mensosialisasikan secara luas sehingga masyarakat bisa aktif untuk menjadi bagian dalam mekanisme pencegahan terorisme," jelasnya.
TERKINI
KPU Tak Hadir Sidang Sengketa Pileg, Hakim MK Ngamuk
Aksi Demo Mahasiswa di AS Tanda Kesadaran Global Israel Negara Penjajah
Nurul Ghufron Tak Hadir, Dewas KPK Terpaksa Tunda Sidang Etik
Komisi IV Dorong Pariwisata di NTT Harus Didukung Sektor Pertanian, Perikanan, dan Peternakan