Sebenarnya Hillary Jadi Presiden Amerika Serikat, Tapi...

Jum'at, 11/11/2016 22:07 WIB

New York- Pemilihan  presiden di AS memang unik. Berdasarkan sumber dari Associated Press, sebenarnya, Hillary Clinton mengumpulkan suara sebanyak 47,7% atau sejumlah 60.274.974 suara (popular vote). Sementara Donald Trump mengumpulkan suara 47,4% atau sejumlah 59.937.338 suara. Selisih suara yang dimenangkan Hillary cukup besar, namun secara electoral vote, Hillary kalah jauh. Kenapa bisa?

Proses pemilihan presiden di AS ini ditentukan oleh Electoral College yang mewakili 50 negara bagian plus Washington DC, yang jumlahnya adalah 538. Untuk memenanginya diperlukan 270 electoral college. Suara electoral college ini berasal dari orang-orang di dewan pimpinan partai yang menerima mandat untuk memberikan hak suara.

Sistem pemilihan model seperti ini, terkadang memberikan rasa yang "unfair" jika ditemukan bahwa ia memenangkan suara lebih banyak (popular vote), namun kalah di medan electoral college. Sama seperti yang dialami oleh Hillary sekarang ini.

Peristiwa yang menimpa Hillary ini sama persis dengan apa yang pernah dialami oleh Al Gore pada tahun 2000. Al Gore yang maju dari Partai Demokrat melawan Goerge W Bush dari Partai Republik. Al Gore, berdasarkankan catatan, memenangkan popular vote dan unggul lebih dari 500 ribu suara ketimbang Goerge W Bush. Malangnya, Al Gore cuma mendapatkan electoral college sebanyak 266, sementara Goerge W Bush mendapat suara electoral college 271.

Catatan tersebut menunjukkan bahwa peristiwa Hillary bukanlah yang pertama, Al Gore sudah merasakan apa yang pernah dialami oleh Hillary. Mereka dari partai yang sama, Partai Demokrat. Namun dalam hal ini, Donald Trump, seteru Hillary mengalami penolakan yang keras dari banyak pihak akibat dari pernyataan-pernyataan Trump sendiri.[]

TERKINI
Staf PBB Meninggal, Israel Sebut Kendaraannya Diserang di Zona Pertempuran Aktif di Gaza Mahasiswa Harvard yang pro-Palestina Akhiri Perkemahan, Berjanji akan Lanjutkan Protes Terkait Perang Gaza, Yordania Gagalkan Rencana Pengiriman Senjata untuk Penentang Monarki Hadapi Kerusuhan di Kaledonia Baru, Prancis Upayakan Pembicaraan dan Kirim Polisi