Rabu, 09/06/2021 13:30 WIB
Yangoon, Jurnas.com - Negara Bagian Kayah, Myanmar terancam mengalami bencena kelaparan yang memicu kematian, akibat aktivitas militer memaksa lebih dari 100.000 orang meninggalkan rumah untuk menghindari konflik.
Negara Bagian Kayah, yang berbatasan dengan Thailand, adalah salah satu dari beberapa wilayah di mana relawan Pasukan Pertahanan Rakyat bentrok dengan tentara Myanmar yang dipersenjatai, hingga menyebabkan masyarakat melakukan eksodus ke hutan terdekat.
"Serangan brutal junta tanpa pandang bulu mengancam kehidupan ribuan pria, wanita, dan anak-anak di Negara Bagian Kayah," jelas Perwakilan Dewan HAM PBB di Myanmar, Thomas Andrews dikutip dari Reuters pada Rabu (9/6).
"Saya pertegas. Kematian massal karena kelaparan, penyakit, dan paparan, dalam skala yang belum pernah kita lihat sejak kudeta 1 Februari, bisa terjadi di Negara Bagian Kayah jika tanpa tindakan segera," tegas dia.
Eksodus ke Thailand Berlanjut setelah Jatuhnya Kota Perbatasan Utama Myanmar
Perbatasan Myanmar Jadi Pusat Operasi Ilegal, Thailand Bantu Pulangkan 900 Warga China
Junta Myanmar Berlakukan Wajib Militer Bagi Generasi Muda
Seorang aktivis anonim di Negara Bagian Kayah mengatakan banyak pengungsi tidak dapat dijangkau termasuk di daerah timur kota Demoso, sekitar 15 km dari ibu kota negara bagian, Loikaw.
"Beberapa orang di sebelah timur Demoso harus bertahan hidup dengan kuah beras karena kami tidak bisa mengantarkan beras karung kepada mereka," ungkap aktivis yang meminta tidak disebutkan namanya itu.
Dia mengatakan bahwa otoritas militer telah menangkap tiga orang yang mencoba memberikan bantuan dalam dua minggu terakhir.
Listrik juga telah terputus di banyak daerah bersama dengan ketiadaan makanan, bahan untuk tempat tinggal, dan bensin.
Keyword : Myanmar Junta Militer Bencana Kelaparan