Ilmu Menata Hati, Ngatawi Al-Zastrow Sampaikan Suluk Wuragil Karya Sunan Bonang

Minggu, 09/05/2021 22:38 WIB

Jakarta, Jurnas.com - Budayawan kawakan Ngatawi Al Zastrow menyampaikan pelajaran-pelajaran dari Sunan Bonang terkait pentingnya menata hati.

Ajaran Sunan Bonang itu kerap disampaikan melalui pendekatan budaya, melalui lagu riyadhoh, lagu spiritual dengan pendekatan tasawuf.

Ngatawi menjelaskan, banyak buku-buku yang di tulis oleh Sunan Bonang tentang tasawuf, tentang menata hati. Salah satunya adalah buku Suluk Wuragil.

"Suluk Wuragil ini adalah suluk guidance untuk menghidupkan hati manusia supaya kehidupan di dunia bisa tertata dengan baik," ujar Ngatawi dalam ngabuburit bersama Badan Kebudayaan Nasional Pusat (BKNP) PDI Perjuangan dengan tema "Dakwah Sunan Bonang; Menata Hati Menata Kehidupan, pada hari Minggu (9/5/2021).

Dalam buku Suluk Wuragil tersebut, jelas Ngatawi, Sunan Bonang mengajarkan ada 4 hal penting dalam menata hati:

1. Manusia itu harus sering bermuhasabah, berkaca dengan dirinya sendiri, melakukan intropeksi diri.

"Kita semua harus menjenguk hati kita masing-masing, meskipun di luar sana kita banyak ngobrol dengan semua kalangan, tapi jangan sampai lupa dengan hati kita," kata Ngatawi.

2. Kalau kita ingin melakukan pembaharuan, harus bertanya kepada ahlinya. Dalam hal ini adalah ilmu tasawuf yang berperan penting dalam menata hati.

"Hal terpenting bahwa dalam bertasawuf juga ada gurunya, ada ahlinya yang akan membimbing kita dalam menata hati. Jadi ketika bertasawuf harus mempunyai guru," jelasnya.

3. Harus melatih diri untuk husnudzan kepada Allah, berbaik sangka kepada Allah dalam segala kondisi.

4. Kita harus selalu menjadikan kejujuran sebagai pemandu dalam setiap langkah kita.

Bersamaan dengan empat poin penting ini, Zastrow menyebut harus ada usaha sungguh-sungguh dalam menghidupkan dan menata hati. Misalnya dengan cara berdzikir, membaca Qur`an, dan shalat malam.

"Semangat yang bisa kita tarik adalah semangat menata hati, kuncinya adalah menata hati," lanjutnya.

Bagi Ngatawi, hati yang tidak tertata, kotor, dan mati akan memicu berbagai prilaku salah dan rusak. Jiwa kemanusiaannya pun lambat laun akan lenyap.

"Orang itu bisa radikal karena hatinya mati, orang bisa menjadi intoleran karena hatinya beku. Jadi kalau hatinya hidup, maka hati ini bisa menangkap nur ilahi," tandas Ngatawi Al Zastrow.

TERKINI
Dinilai Perkuat Ekosistem, BUMN Pangan dan Pupuk Bakal Digabungkan Transformasi BUMN Butuhkan Waktu Hingga 15 Tahun Simpanan Uang di Bank diatas Rp5 Miliar Melesat Naik Harga Emas Antam Turun jadi Rp1.310.000 per Gram