Senin, 29/03/2021 12:45 WIB
Beijing, Jurnas.com - Perusahaan mode asal Swedia H&M kini kehilangan penghasilan di pasar China, setelah diboikot akibat pernyataan soal Xinjiang.
Dalam sebuah pernyataan pada Senin (29/3), juru bicara pemerintah daerah Xinjiang, Xu Guixiang memandang H&M seharusnya melihat masalah Xinjiang dengan serius.
Sebelumnya H&M diketahui mengeluarkan pernyataan pada 2020 untuk tidak lagi mengambil kapas dari Xinjiang. H&M mengatakan keputusan itu karena sulitnya melakukan uji tuntas yang kredibel di wilayah tersebut, terutama setelah media dan kelompok hak asasi manusia melaporkan kerja paksa di Xinjiang.
China berulang kali membantah tuduhan tersebut, serta tuduhan pelanggaran hak asasi manusia lainnya terhadap minoritas Muslim Uighur di wilayah tersebut.
Mobil Listrik Asal China Kalahkan Tesla di Eropa
Khawatir Sanksi AS, Bank Besar China Batasi Pembayaran Transaksi Perusahaan ke Rusia
Pekan Ini China Bakal Luncurkan Misi Bulan Selama 53 Hari
Dikutip Reuters, Xu Guixiang mengatakan kepada wartawan bahwa perusahaan tidak boleh mempolitisasi perilaku ekonominya dan mengatakan H&M tidak akan dapat menghasilkan uang lagi di pasar China karena pernyataannya.
Xu juga menuduh Amerika Serikat, Inggris, Uni Eropa dan Kanada terlibat dalam manipulasi politik untuk membuat China tidak stabil, menyusul sanksi terkoordinasi yang dijatuhkan terhadap Beijing pekan lalu atas pelanggaran hak asasi manusia di Xinjiang.
Swedish fashion company H&M is now losing revenue in the Chinese market after being boycotted over statements about Xinjiang.
Keyword : H&M Perusahaan Mode Swedia China Boikot