Fantastis! Nilai Per Unit Smart Green House Rp500 Juta

Senin, 14/12/2020 19:01 WIB

Jakarta, Jurnas.com - Kementerian Pertanian (Kementan) meluncurkan enam unit smart green house untuk percontohan digitalisasi pertanian hortikultura berbasis internet of things di Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Bogor, Senin (14/12).

Direktur Jenderal Sarana dan Prasarana Pertanian (Dirjen PSP) Kementan, Sarwo Edhi menjelaskan, biaya per unit smart green house tersebut sebesar Rp 500 juta, yang dirogoh dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Meski nilai investasi cukup mahal, Sarwo mengatakan, hasil pendapatan yang diperoleh juga tinggi karena proses budidaya tanaman yang optimal. "Konsep ini di Lembang, Jawa Barat sudah terbukti bisa mendapatkan untung bersih 200 juta per bulan," ujarnya.

Ke depan, lanjut Sarwo, Kementan akan membangun 500 unit smart green house untuk tanaman hortikultura di seluruh Indonesia. Lokasi pembangunan akan dilakukan di institusi pendidikan yang berada di bawah Kementan.

Sarwo mengatakan, pembangunan smart green house dilakukan di area kampus (Polbangtan, Red) karena sekaligus digunakan untuk tempat pendidikan dan latihan para mahasiswa.

"Kami ingin mengedukasi mahasiswa/i yang ada di sini (Polbantan) agar mereka bisa tahu teknologi modern seperti apa, bisa tanam dan panen setiap saat dengan teknologi," ujar Sarwo dijumpai di Polbangtan.

Dia berharap, para mahasiswa setelah lulu dari Polbantan bisa melakukan usaha-usaha bidang pertanian dan mengembangkan di desa masing-masing. "Jadi mereka tidak harus jadi PNS, tapi jadi pengusaha pertanian dari hulu sampai hilir," ujar Sarwo.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi menjelaskan, smart green house  merupakan salah satu implementasi dari smart agriculture yang sedang dibangun Kementan.

Menurut Dedi, dengan sistem smart green house, produktivitas tanaman hortikultura dapat diperoleh dengan maksimal. Sebab, faktor mikroklimat yang terdiri dari suhu, kelembaban, cahaya, dan nutrisi dapat dikendalikan secara optimal dan dijaga dalam level yang ideal.

"Misalnya, untuk hortikultura suhu optimal adalah 15-20 derajat celcius. Ketika suhu di dalam green house kurang atau melebihi, sensor yang dipasang akan mengirim pesan untuk menggerakkan blower dan cooling pen. Begitu juga untuk unsur mikroklimat lainnya," kata Dedi.

"Jadi kalau tidak memenuhi syarat untuk produktivitas maksimal, green house ini akan berbicara melalui robot construction agar mengoptimalkam suhu yang ada. Dari situ semua sistem bergerak cepat," sambungnya.

Karena itu, Dedi yakin melalui smart green house Tiga Kali Lipat Ekspor (Gratieks), yang dicanangkan Kementan di bawah komando Syahrul Yasin Limpo dapat terwujud baik dari sisi kuantitas maupun dari sisi kualitasnya.

"Ingat ekspor itu yang harus diperhatikan adalah produktivitas, kualitas dan kontinuitas. Dengan smart green house produktivitas terjamin karena  dikendalikan menjadi optimal," ujarnya.

Sebagai informasi, smart green house merupakan hasil kolaborasi antara Direktorat Jenderal PSP dengan BPPSDMP, dalam hal ini Pusat Pendidikan Pertanian (Pusdiktan).

TERKINI
Selalu Spektakuler, Zendaya Masih Bingung Pakai Gaun Apa di Met Gala 2024 Pendapatannya Jauh Beda dengan Taylor Swift, Travis Kelce Disebut Miskin Emily Blunt Puji Taylor Swift Bisa Membangkitkan Kepercayaan Diri Putri Sulungnya Suka Berkencan dengan `Berondong`, Cher Ungkap Pria Seusianya Sudah Banyak yang Mati