Senin, 07/12/2020 20:25 WIB
Jakarta, Jurnas.com - Selera politikus dalam memilih mobil sebagai tunggangan pribadi ternyata tidak semuanya sama. Mayoritas lebih suka yang classy atau elegan seperti sedan. Namun, ada juga yang suka dengan tampilan adventure yang garang dan berbau khas militer. Salah satunya Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang lebih senang mengendarai mobil jenis double cabin merk Nissan Navara warna hitam. Mobil yang sudah lumayan dimodif oleh suami Anisa Pohan itu pun sempat dipuji oleh Mensesneg Pratikno. “Mobilnya garang mas AHY,” ujar Pratikno pada saat AHY mengunjungi kantor Mensesneg, untuk mengantarkan undangan peresmian berdirinya The Yudhoyono Institute. Biasanya, bagi para prajurit aktif ataupun mantan tentara, memiliki mobil garang memang menjadi semacam obsesi tersendiri. Jika perlu, mobil-mobil tua pun dimodifikasi ulang. Terbukti, sampai sekarang, masih banyak purnawirawan TNI yang menyimpan jip-jip militer klasik. Salah satunya, almarhum Jenderal TNI Purn. Sarwo Edhie Wibowo, Jenderal TNI Purn. Ryamizard Ryacudu dan Letjen TNI Purn. J. Suryo Prabowo masih menyimpan Jeep Utility jenis M151 A2, sang legendaris dalam Perang Dunia II. Namun, sebelum bisa membeli Nissan Navara, mobil pertama yang dibeli oleh AHY adalah kendaraan bekas, Kijang kapsul, keluaran tahun 90-an akhir. Tapi mobil ini tidak hanya dipakai sendiri. AHY mempersilakan anggotanya memakai mobil tersebut jika ada yang sakit atau ada istri anggota yang mau melahirkan. Karena saat itu ia ditugaskan di Batalyon Infanteri Lintas Udara Kostrad 305/ Tengkorak di Karawang, Jawa Barat. Lalu siapakah yang pertama kali mengajarkan AHY nyetir? Ternyata almarhumah Ny. Ani Yudhoyono. Mobil pertama yang disupiri adalah sedan Mitsubishi Lancer warna putih tahun 1990-an, lungsuran dari alm. Letjen TNI Purn. Sarwo Edhi Wibowo, ayahanda bu Ani. Tapi sejak saat itu, AHY justru jarang berada dibalik kemudi. Ia bersekolah di SMA Taruna Nusantara, Magelang, yang melarang para siswanya membawa mobil ke sekolah. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan ke Akademi Militer di Magelang, yang juga melarang para tarunanya membawa kendaraan ke akademi. Dari Kijang kapsul, AHY beralih ke Suzuki Escudo keluaran tahun 2000-an awal. Ini kendaraan yang banyak dipakai perwira TNI pada saat itu. Selang beberapa tahun, AHY mengganti mobilnya dengan Mitsubishi Strada L200 double cabin, warna hitam. Mobil kabin ganda seperti ini biasanya hanya dipakai di pertambangan atau perkebunan, jadi jarang terlihat di perkotaan. Oleh AHY dipermak hingga terlihat lebih gagah. Kendaraan para perwira TNI pada era awal Orde Baru, memang umumnya terlihat garang. Alm. Jenderal TNI M. Yusuf saat menjabat Panglima ABRI, melakukan pengadaan besar-besaran kendaraan-kendaraan garang untuk para perwiranya; seperti Land Rover jenis Defender, Toyota Land Cruiser atau Jeep CJ-7. Jenis kendaraan yang terakhir ini pernah dipakai oleh Mayor Inf Susilo Bambang Yudhoyono saat menjabat sebagai Komandan Batalyon Infanteri 744 di Timor-timur, tahun 80-an. Bahkan, yang menarik ketika itu, kendaraan mulai dari Panglima berpangkat jenderal bintang empat hingga Komandan Kompi berpangkat Kapten, jenisnya tidak jauh berbeda, termasuk dari kisaran harganya. Bahkan, para Komandan Kompi berpangkat Letnan Satu-Kapten, diberikan fasilitas kendaraan jenis Land Rover; sedangkan Komandan Batalyon berpangkat Mayor-Letnan Kolonel menggunakan Jeep CJ-7 dan Komandan Brigade berpangkat Kolonel menggunakan Toyota Land Cruiser. Tapi seiring dengan berlalunya waktu, harga kendaraan-kendaraan yang gagah ini terus melambung dan terkena pajak barang mewah. Harga Land Cruiser, Jeep dan Land Rover, misalnya, bisa tembus milliaran rupiah. Oleh karena itu, Mabes TNI memutuskan membeli kendaraan pengganti seperti Isuzu Panther, Suzuki Vitara dan Suzuki Escudo bagi para Komandan Batalyon, dan Suzuki Katana bagi para Komandan Kompi. Itupun tidak semuanya kebagian. Di Kostrad, tempat AHY bertugas, kendaraan Komandan Batalyon pada waktu itu adalah KIA Sportage, yang dibeli dari hasil pengadaan tahun 2000-an. Tidak heran jika kendaraan double cabin yang digunakan AHY menjadi bahan percakapan an menginspirasi para Jenderal atasannya. Karena suskes memodif mobilnya seperti kendaraan pasukan perdamaian PBB Kontingen Garuda (2006-2007). Lalu, Mabes TNI membeli Mitsubishi Strada L200 double cabin sebagai kendaraan dinas bagi para perwiranya dan komandan satuan. Saat itu, yang dipilih adalah merk Isuzu, jenis OZ, atau sejenis dengan Isuzu D-Max. AHY pun sempat mengendarai double cabin merk Isuzu OZ ini, saat bertugas sebagai Kepala Seksi Operasi tahun 2011 di Brigif Lintas Udara-17/Kujang, Pasukan elite di jajaran Kostrad. “Mobil Isuzu OZ ini lungsuran dari kendaraan dinas Komandan Brigade,” ujar AHY. Di dunia militer Indonesia, ada semacam tradisi, jika Komandan mendapatkan kendaraan dinas baru, maka kendaraan dinas lamanya akan dihibahkan kepada bawahannya. Mobil Isuzu OZ ini pun langsung dipermak oleh AHY, sehingga banyak yang naksir dan menirunya. Ketika AHY ditugaskan menjadi Komandan Batalyon Infanteri 203/Arya Kamuning di Tangerang (2015-2016), sebagaimana para Komandan Batalyon lainnya, ia diberi fasilitas kendaraan dinas dari TNI merk Mitsubishi Triton double cabin warna hijau. Sampai sekarang, AHY masih tersenyum saat ingat bagaimana kendaraan double cabin-nya bisa menjadi inspirasi bagi para jenderal atasannya. Menjelang akhir tahun 2016, AHY mengambil keputusan untuk mundur dari dinas militer aktif, dan bertarung dalam Pilkada DKI Jakarta 2017. Tapi kecintaanya pada mobil garang tidak berubah. Ia kemabli memilih Nissan Navara jenis double cabin yang kemudian dimodifikasi sehingga menjadi lebih gagah, sebagai kendaraan kampanye. AHY menggunakan kendaraan ini untuk melakukan gerilya lapangan, mendatangi 44 kecamatan di seluruh DKI Jakarta. Walau harganya setara Kijang Innova, Nissan Navara AHY ini terlihat menonjol dibanding yang lain dan tetap fungsional, tanpa harus bermewah-mewah. Sampai sekarang kendaraan Nissan Navara ini masih dipakai. Sejak menjadi Komandan Komando Tugas Bersama (Kogasma) Pemenangan Pemilu DPP Partai Demokrat hingga menjadi Ketua Umum Partai Demokrat, AHY rajin berkeliling Nusantara menyambangi 34 Provinsi di Indonesia. Selain menggunakan transportasi udara, AHY juga menggunakan kendaraan darat, terutama saat berkeliling Pulau Jawa. Ia menjelajahi seluruh kabupaten/ kota di provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DKI, Banten dan Yogyakarta. “Kalau orang tidak pernah keliling Indonesia, dia tidak akan pernah menghargai Indonesia; betapa besar, indah dan beragamnya nusantara. Inilah sejatinya kekayaan Indonesia,” katanya.
Keyword : Ketum Demokrat Mobil AHY Double Cabin