Inilah Alasan Ilmiah Dibalik Fenomena "Panic Buying"

Jum'at, 27/11/2020 09:58 WIB

Inggris, Jurnas.com – Saat dimasa-masa krisis, contohnya seperti masa pandemi COVID-19 saat ini, ada fenomena unik dimana masyarakat secara putus asa berbelanja kebutuhan hidup berlebihan atau yang biasa disebut dengan “panic buying”.

Dari penelitian terbaru, kegiatan mencari-cari dan memenuhi kebutuhan secara putus asa di tempat berbelanja ternyata berhubungan dengan bagaimana insting hewan dalam mengumpulkan makanan disaat masa-masa sulit.

Para peneliti di Universitas Middlesex, Inggris telah membuat jurnal penelitian mengenai perbandingan antara manusia dengan hewan dalam rangka menjadi sosok “foragers” atau penjelajah makanan dan kebutuhan hidup.

Hal tersebut dilakukan oleh manusia karena ketidakpastian karena pandemi virus, yang menyebabkan masyarakat berbondong-bondong mengumpulkan stok makanan dan kebutuhan untuk mengantisipasi waktu dimana makanan dan kebutuhan menjadi langka.

Hal alamiah seperti ini mirip dengan perilaku tupai misalnya yang mengumpulkan banyak biji-bijian atau seekor hamster yang memenuhi mulutnya penuh dengan biji-bijian dan kemudian menyembunyikannya kedalam sarang mereka.

Rasa takut bersentuhan dengan manusia lain karena virus juga dicontohkan dengan perilaku hewan burung dimana reaksi mereka saat dalam bahaya pemangsa.

Rak-rak supermarket yang kosong tentunya menjadi pemandangan yang lumrah saat ini dimasa pandemi COVID-19. Dimana banyak masyarakat yang sudah mengantisipasi dengan tinggal lama dirumah mereka, dan perilaku ini dapat berulang di gelombang-gelombang pandemi selanjutnya.

“Peningkatan perilaku berbelanja masyarakat diawal pandemi sebagai respon alamiah dari ketidakpastian dan resiko berkurangnya cadangan panganan menjadi contoh perilaku yang sangat mirip yang dilakukan oleh hewan saat mengumpulkan makanan di masa-masa sulit” ujar Profesor Tom Dickins, ahli ilmu perilaku dari Universitas Middlesex.

“Adanya ketidakpastian yang tinggi akan cadangan bahan pangan, sebagai kebutuhan utama hidup, dan kesadaran akan bahayanya diluar rumah untuk terpapar penyakit hingga kematian yang menghantui.”

“Jadi masyarakat tiba-tiba dipaksa untuk menyelam dalam ketidakpastian dan resiko dan hal ini merubah individu menjadi instan dari perilaku normal mereka sehari-hari menjadi sebuah perilaku baru yang mereka pelajari untuk bisa selamat dari situasi krisis tersebut”. Tambah Tom.

Banyak alasan seperti, masyarakat yang menyadari bahwa dari informasi yang mereka dapat rantai pasokan bahan pangan akan menipis, dan banyak pekerja maupun warga yang jatuh sakit, serta pembatasan perjalanan keluar rumah karena fenomena “lockdown.”

Beberapa hal lebih jauh dapat dibandingkan seperti pada seekor burung passerine yang menjaga diri untuk tidak berhadapan dengan predator seperti musang dan ular dengan cara menahan lapar, dan keluar mencari makan pada saat yang tepat seperti di pagi hari dan menghindari di siang hari dan malam hari.

“Ini sebenarnya adalah perilaku yang sangat rasional dan masuk akal dan mungkin produk evolusi yang bertindak atas mekanisme keputusan dalam jangka waktu yang sangat lama” tambah Tom. (Dailymail)

TERKINI
Gara-gara Tuntutan Pelecehan Seksual, Lady Gaga Batalkan Pesta Lajang Adiknya Salma Hayek Manggung Bareng Madonna di Celebration World Tour Meksiko Sinergi Kementan-Kodim 1910 Malinau Tingkatkan Produksi dengan Perluas Areal Tanam Baru Kejagung Bakal Sita Aset Sandra Dewi Jika Terima Uang Korupsi Timah