Senin, 26/10/2020 20:10 WIB
Damaskus, Jurnas.com - Serangan udara Rusia menewaskan 78 pemberontak yang didukung Turki di Suriah barat laut pada Senin (26/10).
Dikutip dari AFP, lebih dari 90 orang lainnya terluka ketika pesawat tempur Rusia menargetkan kamp pelatihan faksi Faylaq al-Sham di daerah Jabal Duwayli, Provinsi Idlib, menurut laporan Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia.
Pada awal Maret, gencatan senjata yang ditengahi antara Moskow dan Ankara membendung serangan militer rezim yang didukung Rusia selama berbulan-bulan.
Serangan sejak Desember itu telah membuat hampir satu juta orang mengungsi dari rumah, dalam salah satu krisis kemanusiaan terburuk dalam perang saudara sembilan tahun.
Ukraina Mundur dari Tiga Desa di Timur, Zelenskiy Memohon Bantuan Senjata
Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina untuk Ganggu Pasokan Senjata AS
Kepala KGB Belarusia Picu Ketakutan akan Serangan Udara, Kyiv Evakuasi Dua Rumah Sakit
Kepala Observatorium Rami Abdel Rahman menggambarkan serangan Senin ini sebagai "yang paling mematikan sejak gencatan senjata mulai berlaku".
Front Pembebasan Nasional (NLF), kelompok pemberontak berbasis di Idlib yang mencakup Faylaq al-Sham, mengatakan kepada AFP bahwa serangan Rusia menghantam salah satu posisinya dan menyebabkan korban. Tak dirinci secara pasti jumlah korban tewas.
Juru bicara NLF Sayf Raad mengecam "pesawat Rusia dan pasukan rezim terus menerus melanggar kesepakatan Turki-Rusia dalam menargetkan posisi militer, desa dan kota".
Dari hampir satu juta orang yang mengungsi dalam serangan terakhir di Idlib, lebih dari 200.000 telah kembali ke kota dan desa mereka, sebagian besar sejak gencatan senjata diberlakukan.
Gencatan senjata Maret sebagian besar telah berlangsung, meskipun beberapa pemboman berselang di daerah itu dari kedua sisi.
Serangan udara Rusia dari waktu ke waktu menargetkan posisi militer, termasuk kelompok yang didukung Turki, kata Abdel Rahman.
Keyword : Serangan Udara Rusia Suriah Pemberontak