Selasa, 20/10/2020 07:16 WIB
Jakarta, Jurnas.com - Kementerian Pertanian (Kementan) terus mendororng penggunaan mekanisasi pertanian untuk mendongkrak produktivitas pangan pokok. Langkah ini merupakan upaya nyata dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.
Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, Ina Dewi Kania mengatakan, penggunaan alat mesin pertanian (alsintan), combine harvester sangat membantu pembangunan pertanian dan petani itu sendiri di Kabupaten Bandung.
Menurutnya, combine harvester dapat menekan kehilangan hasil panen yang cukup signifikan dan manfaatnya bisa dirasakan langsung oleh para petani.
"Panen dengan cara konvensional memerlukan waktu yang agak lama, losis rata-rata mencapai 8%. Namun, mekanisasi panen menggunakan combine harvester mampu menekan kehilangan hasil panen sampai 6%," ujarnya saat melaksanakan kegiatan panen dan sosialisasi alsintan combine harvester di Desa Bojongemas, Senin (19/10).
BMKG Imbau Wisatawan Pantai Selatan Jabar-DIY Waspadai Potensi Pasang
Belasan Ribu Napi di Jawa Barat Dapat Remisi Lebaran
Tembus 1,8 Juta Suara, Komeng di Posisi Puncak DPD Dapil Jabar
Ina menambahkan sebelum menggunakan alsintan produksi rata-rata sebesar 6,3 ton per hektare, namun dengan menggunakan combine harvester hasil panen pun meningkat.
Selain itu, panen dengan menggunakan alsintan menjadi solusi untuk sulitnya mendapatkan tenaga kerja panen pada saat panen raya namun tetap tak mematikan peluang untuk tenaga kerja panen.
"Dengan penggunaan alat panen ini masalah tenaga kerja yang semakin sulit juga dapat teratasi dan pelaksanaan panen dapat lebih cepat. Bahkan penggunaan alsintan ini bisa mengantisipasi disaat masa panen serentak, sehingga tak mengalami kekurangan tenaga kerja," katanya.
Ina mengatakan, sebelumnya para petani di Desa Bojongemas Kecamatan Solokanjeruk menggunakan power tresher dan combine kecil namun hasilnya masih kurang optimal.
"Dengan combine harvester ini panen lebih efektif dan efisien terutama dari segi waktu panen dapat lebih cepat karna 1 hektare lahan dapat diselesaikan selama 2 jam. Selain itu gabah tidak berceceran sehingga losis hanya 2% dan tidak perlu dilakukan lagi pembersihan gabah dalam karung," kata Ina.
Sementara itu, Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi mengatakan, saat ini pertanian berbasis teknologi telah terapkan di berbagai daerah. Upaya ini dilakukan untuk menciptakan efisiensi, produktivitas dan nilai tambah dan akhirnya meningkatkan perekonomian bangsa.
"Dalam mewujudkan komitmen membangunan ketahanan pangan nasional. Peningkatan produksi pangan strategis salah satunya padi dilakukan dengan menerapkan konsep pertanian yang maju, mandiri dan modern. Penggunaan combine harvester ini selain menghilangkan losses, juga mempercepat petani dalam olah tanah dan tanam," ucapnya.
Suwandi menambahkan Kementan pun tak hanya mendorong mekanisasi pertanian, namun juga didorong dengan memfasilitasi petani dengan dana kredit usaha rakyat (KUR) dari perbankan.
Suwandi berharap kdepannya, petani dapat secara maju, mandiri dan modern dalam memenuhi kebutuhannya dalam peningkatan produksi pangan.
"Kementan bersama pihak Bank memudahkan petani peroleh modal sehingga usaha pertanian semakin mudah dan mandiri. Percepatan olah tanah pada lahan tadah hujan, lahan kering dan sawah di lokasi yang sudah siap airnya menjadi sesuatu yang mudah dilalukan," kata Suwandi.