AS Sanksi 18 Bank Besar di Iran

Jum'at, 09/10/2020 07:30 WIB

Washington, Jurnas.com - Presiden  Amerika Serikat (AS), Donald Trump memberlakukan sanksi besar-besaran pada sektor perbankan Iran. Ini merupakan langkah terbaru yang bertujuan melumpuhkan ekonomi musuh bebuyutan itu beberapa minggu menjelang pemilihan AS.

Departemen Keuangan AS mengatakan, menunjuk 18 bank utama Iran, sebuah langkah yang sebagian besar dapat memutus negara berpenduduk 80 juta orang itu dari sistem keuangan dunia, sama seperti upaya untuk mengatasi pandemi COVID-19.

Pemerintahan Trump tidak mencantumkan tuduhan khusus terhadap sebagian besar bank, sebaliknya menyatakan secara luas bahwa seluruh sektor keuangan Iran dapat digunakan untuk mendukung program nuklir pemerintah yang diperebutkan dan pengaruh regional yang merusak.

Dilansir Arab News, Menteri Keuangan AS, Steven Mnuchin mengatakan bahwa tindakan itu akan menghentikan akses ilegal ke dolar AS.

"Program sanksi kami akan berlanjut sampai Iran menghentikan dukungannya terhadap kegiatan teroris dan mengakhiri program nuklirnya," katanya dalam sebuah pernyataan.

Departemen Keuangan mengatakan, pihaknya membebaskan transaksi barang-barang kemanusiaan seperti makanan dan obat-obatan.

Tetapi para diplomat Eropa mengatakan bahwa sanksi AS tetap memiliki konsekuensi kemanusiaan yang mengerikan, dengan sedikit institusi di negara lain yang bersedia mengambil risiko tindakan hukum di ekonomi terbesar dunia itu.

Departemen Keuangan mengatakan sanksi akan berlaku dalam 45 hari, memberi perusahaan waktu untuk menghentikan transaksi di Iran.

Kerangka waktu juga kemungkinan akan memberi siapa pun yang bekerja dengan Iran kesempatan untuk melihat hasil pemilu 3 November, dengan jajak pendapat menunjukkan Trump tertinggal dari Demokrat Joe Biden, yang mendukung kembalinya diplomasi dengan Iran.

Trump telah menerapkan kebijakan tekanan maksimum yang ditujukan untuk mengekang Iran, saingan berat sekutu AS, Arab Saudi dan Israel.

Pemerintahan Trump telah bergerak untuk menghentikan semua ekspor minyak Iran dan melarikan diri dari kesepakatan yang dinegosiasikan di bawah mantan presiden Barack Obama di mana Iran membatasi program nuklirnya.

TERKINI
Kerusakan Saraf di Punggung, Britney Spears Harus Terapi Akupunktur Setiap Hari Komisi XI Nilai Kenaikan BI-Rate Antisipasi Pelemahan Rupiah Komisi III Tinjau Kinerja Penanganan Kasus Anggaran Mitra Kerja di Lampung Kolabs di Lagu `Florida!!!`, Florence Welch Puji Taylor Swift Membumi di Tengah Ketenarannya