Takut Kemalingan, AS Batalkan Visa 1.000 Pelajar dan Peneliti China

Kamis, 10/09/2020 07:23 WIB

Washington, Jurnas.com - Kepala Departemen Keamanan Dalam Negeri Amerika Serikat (AS), Chad Wolf mengatakan, Washington memblokir visa mahasiswa pascasarjana dan peneliti China. Hal itu dilakukan untuk melindungi penelitian sensitif agar tidak dicuri Beijing.

Dalam pidatonya, Wolf menegaskan tuduhan AS atas praktik bisnis yang tidak adil dan mata-mata industri yang dilakukan China, termasuk upaya untuk mencuri penelitian virus corona baru (COVID-19), dan menuduhnya menyalahgunakan visa pelajar untuk mengeksploitasi akademisi AS.

Wolf mengatakan, AS juga mencegah barang yang diproduksi dari tenaga kerja budak memasuki Paman Sam dan menuntut China menghormati martabat yang melekat pada setiap manusia. Hal itu merujuk pada dugaan pelanggaran terhadap Muslim di wilayah Xinjiang, China.

Juru bicara Departemen Luar Negeri mengatakan, pemblokiran visa itu diputuskan di bawah proklamasi yang diumumkan Presiden Donald Trump pada 29 Mei sebagai bagian dari tanggapan AS terhadap pembatasan China pada demokrasi di Hong Kong.

"Mulai 8 Sep 2020, Departemen telah mencabut lebih dari 1.000 visa warga negara RRT yang diketahui tunduk pada Proklamasi Presiden 10043 dan karenanya tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan visa," katanya.

Ia mengatakan bahwa mahasiswa pascasarjana berisiko tinggi dan peneliti yang tidak memenuhi syarat mewakili sebagian kecil orang China yang datang ke AS untuk belajar dan meneliti dan bahwa siswa dan cendekiawan yang sah akan terus disambut.

Pejabat Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS sudah menyiapkan perintah untuk memblokir impor kapas dan produk tomat dari Xinjiang atas tuduhan kerja paksa, meskipun pengumuman resmi telah ditunda.

Pada Juni, China mengatakan, pihaknya dengan tegas menentang setiap langkah AS untuk membatasi siswa China belajar di AS dan mendesak Washington untuk berbuat lebih banyak untuk meningkatkan pertukaran dan pemahaman bersama.

Sekitar 360.000 warga negara China belajar di AS, mendatangkan pendapatan yang signifikan ke perguruan tinggi AS, meskipun pandemi COVID-19 sangat mengganggu kembalinya ke kampus pada semester musim gugur ini.

Sebelumnya, beberapa mahasiswa China yang terdaftar di universitas AS mengatakan, menerima pemberitahuan melalui email dari kedutaan AS di Beijing atau konsulat AS di China pada Rabu (9/9) yang menginformasikan bahwa visa mereka telah dibatalkan.

Hampir 50 siswa pemegang visa akademik F-1 termasuk mahasiswa pascasarjana dan sarjana mengatakan di ruang obrolan WeChat bahwa pemberitahuan tersebut menyatakan bahwa mereka harus mengajukan visa baru jika mereka ingin melakukan perjalanan ke Amerika Serikat.

Banyak di chatroom mengatakan  mengambil jurusan mata pelajaran seperti sains, teknologi, teknik, dan matematika. Beberapa di antaranya adalah pascasarjana yang memperoleh gelar sarjana di universitas China yang memiliki hubungan dengan Tentara Pembebasan Rakyat.

Pada akhir Mei, sumber yang mengetahui masalah tersebut mengatakan kepada Reuters bahwa Washington berencana untuk membatalkan visa ribuan mahasiswa pascasarjana China yang diyakini memiliki hubungan dengan militer China. (Reutes)

TERKINI
Richie Sambora Harus Berlutut ke Jon Bon Jovi agar Livin` on a Prayer Dimasukkan ke Album Lagi Bucin, Dua Lipa Peluk Mesra Callum Turner di Jalanan Berkarier Sejak Muda, Anne Hathaway Sering Alami Stres Kronis Gara-gara Tuntutan Pelecehan Seksual, Lady Gaga Batalkan Pesta Lajang Adiknya