Rabu, 05/08/2020 15:40 WIB
London, Jurnas.com - Pemerintah Inggris mengatakan, masih terlalu dini untuk berspekulasi tentang penyebab ledakan besar di Beirut, Lebanon yang menewaskan sedikitnya 100 orang.
Pada Selasa (4/8), Presiden Ameirka Serikat (AS), Donald Trump menduga ledakan itu sebagai serangan, meskipun para pemimpin Lebanon mengatakan bahwa ledakan itu kemungkinan disebabkan bahan peledak yang disita bertahun-tahun dan disimpan di pelabuhan kota.
"Pemerintah Lebanon tentu saja menyelidiki penyebab tragedi itu dan sebelum kita mendapatkan hasil penyelidikan itu, masih terlalu dini untuk berspekulasi," kata Menteri Pendidikan Inggris, Nick Gibb pada Rabu (5/8).
Gibb juga mengatakan, Inggris sedang membahas terkait teknis bantuan dan keuangan yang dapat diberikannya kepada Lebanon.
Tinggalkan Chelsea, Silva Didekati Tiga Klub Inggris
Kurang Fit, Van Dijk Diragukan Tampil Lawan Spurs
Penduduk Israel Utara Bersiap Hadapi Kemungkinan Perang Habis-habisan dengan Hizbullah
"Pemerintah pagi ini sedang membahas apa yang bisa kami lakukan untuk membantu pemerintah Lebanon dengan dukungan teknis dan tentu saja bekerja dengan sekutu kami untuk memberikan bantuan keuangan," kata Gibb kepada radio BBC.
"Akan ada pengumuman lebih lanjut pagi ini dan nanti hari ini tentang dukungan apa yang akan kami berikan ke Libanon," kata Gibb menambahkan.
Trump mengatakan telah bertemu dengan beberapa jenderal AS yang merasa ledakan itu bukan semacam jenis ledakan manufaktur. Sebaliknya, menurut para jenderal yang tidak disebutkan namanya meyakini ledakan itu adalah serangan.
"Semacam bom atau lainnya," ujar Trump.