China Tolak Undangan AS Berunding soal Senjata Nuklir

Sabtu, 11/07/2020 08:30 WIB

Beijing, Jurnas.com - Pemerintah Chin berpartisipasi dalam negosiasi trilateral tentang pengendalian senjata yang melibatkan Amerika Serikat (AS) dan Rusia. Menurutnya, tawaran Washington untuk bergabung dalam pembicaraan itu "tidak serius dan tidak tulus."

"Keberatan China terhadap apa yang disebut negosiasi kontrol senjata trilateral sangat jelas, dan AS sangat mengenalnya," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian pada jumpa pers harian di Beijing, Jumat (10/7).

"Tetap saja, itu mengganggu Tiongkok dan bahkan mendistorsi posisi kami, yang justru menunjukkan bahwa apa yang disebut negosiasi kontrol senjata trilateral adalah trik politik daripada proposal yang tulus, serius," tambahnya.

AS menyerukan China untuk bergabung pada negosiasi trilateral untuk memperpanjang perjanjian senjata nuklir andalan antara Washington dan Moskow yang akan berakhir pada Februari tahun depan.

China menolak untuk berpartisipasi dalam perundingan AS-Rusia tetapi mengatakan akan mengambil bagian dalam upaya pelucutan nuklir internasional secara umum.

Negosiasi yang dimaksud adalah tentang penggantian START Baru, perjanjian senjata nuklir antara AS dan Rusia yang tidak ada hubungannya dengan China.

Dengan mengundang China dan mengantisipasi penolakannya untuk berpartisipasi, Washington sudah berencana untuk menggambarkan pemerintah China sebagai enggan untuk mengambil bagian dalam negosiasi kontrol senjata.

Lebih lanjut Zhao mengatakan, Washington seharusnya menanggapi seruan Rusia untuk perpanjangan perjanjian START Baru yang ada dan selanjutnya mengurangi persenjataan nuklirnya sendiri, yang akan menciptakan kondisi bagi negara-negara senjata nuklir lain untuk bergabung dalam pembicaraan perlucutan senjata nuklir multilateral.

Pada Rabu (9/7), Cina mengatakan akan senang untuk berpartisipasi dalam perundingan jika Washington bersedia mengurangi persenjataan nuklirnya ke tingkat yang sama dengan Beijing.

"Tapi sebenarnya, kita tahu bahwa itu tidak akan terjadi. Kami tahu kebijakan AS," kata direktur jenderal Departemen Kontrol Senjata, Kementerian Luar Negeri China, Fu Cong.

Sekitar 91% dari semua hulu ledak nuklir dimiliki oleh Amerika Serikat dan Rusia, masing-masing memiliki sekitar 4.000 cadangan militer mereka. Diperkirakan China memiliki persediaan sekitar 320 hulu ledak nuklir.

Perjanjian START adalah perjanjian kontrol senjata nuklir besar terakhir antara Moskow dan Washington yang membatasi pengembangan dan penyebaran hulu ledak nuklir strategis kedua negara.

START Baru dapat diperpanjang untuk lima tahun ke depan, melampaui tanggal berakhirnya pada Februari 2021, dengan kesepakatan bersama. (Press TV)

TERKINI
`Sleeping Beauties: Reawakening Fashion` Jadi Tema Met Gala 2024, Apa Maknanya? Madonna Pecahkan Rekor Gelar Pesta Dansa yang Dihadiri 1,6 Juta Penggemar Sederet Selebriti Gelar Afterparty Met Gala 2024, Usher hingga Beyonce! Kini Bertubuh Langsing, Kelly Osbourne Bantah Pakai Ozempic