Pusbarindo Desek Kemendag Segera Keluarkan SPI Bawang Putih

Kamis, 13/02/2020 15:31 WIB

Surakarta, Jurnas.com - Kementerian Pertanian (Kementan) sudah mengeluarkan Rekomendasi Impor Produk Holtikultura (RPIH) komoditas bawang putih sebanyak 103.000 ton dari China untuk menstabilisasi harga dalam negeri.

Sayangnya, Kementerian Perdagangan (Kemendag) belum juga mengeluarkan Surat Persetujuan Impor (SPI) untuk komoditas tersebut. Akibatnya harga bumbu daputer tersebut masih nyaman bertengger di angka Rp70 ribu-Rp80 ribu.

Ketua Perkumpulan Pelaku Usaha Bawang Putih dan Sayuran Umbi Indonesia (Pusbarindo), Valentino mendesak Kemendag segera mengeluarkan SPI untuk komoditas bawang putih guna menekan harga hingga titik normal.

"Kami berharap Kemendag cepat merespon mengeluarkan SPI kepada perusahaan yang sudah keluar RIHP, sehingga cepat menyediakan pasokan tepat waktu," kata Valentino di Pasar Gede Surakarta, Kamis (13/2).

Valentino menjelaskan, setelah terjadi gejolak harga bawang putih, Direktorat Jenderal Hortikultura, Kementerian Pertanian (Kementan) mengeluarkan RPIH komoditas bawang putih sebanyak 103.000 ton dari China untuk 10 perusahaan baru.

Terkait besaran volume untuk setiap perusahaan tersebut, Valentino mengaku belum mengetahui secara pasti. Namun, ia mendapatkan informasi bahwa dalam waktu dekat pemerintah kembali akan mengeluarkan RPIH.

"Jadi pemerintah sedang mencoba memberikan kelonggaran kepada para pelaku usaha bawang putih untuk mempersiapkan importase. Tinggal nanti tunggu dari kemendag untuk mengeluarkan SPI," ujar Valentino.

Meski usulan impor tersebut bertepatan wabah virus corona di China, Valentino memastikan, komoditas tersebut bebas dari virus yang pertama kali muncul di Wuhan itu. Dengan begitu, masyarat tidak perlu khawatir.

"Kementerian Perekonomian (Kemenko) dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sudah menjelaskan bahwa penularan virus corona tidak dari produk pertanian dan hortikultura, tapi dari hewan. Ini yang harus diluruskan kepada masyarakat," katanya.

"Jangan membuat panik masyarakat. Virus itu dari hewan jadi produk pangan yang sifatnya hewan disetop dari china, tapi untuk produk pertanian, hortikultura, hasil bumi, perkebunan ini aman. Itu sudah jelas tidak ada penularan dari hasil pertanian," sambungnya.

Terkait alasan memilih China, Valentino menjelaskan bahwa pemerintah sebelum memutuskan mengimpor bawang putih, negara tujuan impor harus memiliki sertifikasi Good Agriculture Practice (GAP). Menurutnya, Negeri Tirai Bambu sudah memenuhi syarat tersebut.

"Nah, untuk china itu memang sudah siap dengan GAP. Kita sudah belasan tahun mungkin puluhan tahun, china itu satu-satunya negara yang sudah sangat siap dengan GAP. Beda dengan negara lain, seperti India, Timur Tengah, Brasil, agak susah GAP-nya.

"Tapi mungkin kalau ada perubahan regulasi dari pemerintah mengenai GAP, bisa saja disederhanakan syarat importasenya. Kita para pelaku akan merespon inu dengan positif," sambungnya.

TERKINI
Donald Trump Dikabarkan Ingin Kendalikan Departemen Kehakiman dan FBI Analis Sebut Respons Prancis di Kaledonia Baru Bakal Perkuat Posisi Tiongkok Netanyahu Tetap Berpegang pada Tujuan Kemenangan Total atas Hamas Meski Menterinya Menantang Kepada Pengadilan Dunia, Israel Menyebut Tuduhan Genosida oleh Afrika Selatan Hanya Olok-olok