Jum'at, 10/01/2020 06:50 WIB
Jakarta, Jurnas.com - Tentara Rusia mengumumkan bahwa gencatan senjata telah dimulai di provinsi Idlib Suriah, kubu oposisi utama terakhir di negara itu, sesuai dengan perjanjian Rusia-Turki, Kamis (09/01) waktu setempat.
"Gencatan senjata telah dilakukan di zona de-eskalasi Idlib," kata Pusat Rekonsiliasi Rusia di Suriah dalam sebuah pernyataan dilansir The National, Jumat (10/01).
Meskipun gencatan senjata diumumkan pada Agustus 2019, rezim Suriah, yang didukung oleh Moskow, dalam beberapa pekan terakhir telah meningkatkan serangannya terhadap benteng Idlib yang dikuasai pemberontak, di Suriah barat laut, memprovokasi gelombang pengungsi yang menuju ke Turki.
Pada Desember saja sekitar 284.000 orang melarikan diri dari pemboman dan pertempuran, terutama di Idlib selatan, menurut PBB.
AS, Prancis, Mesir, Qatar dalam Upaya Diplomatik untuk Akhiri Perang di Gaza
Tiga Putra Pemimpinnya Terbunuh, Hamas Sebut Tidak Pengaruhi Pembicaraan Gencatan Senjata
Bagian dari Gencatan Senjata, Israel akan Biarkan 150.000 Warga Gaza Kembali ke Utara
Pengumuman Kamis datang sehari setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengadakan pembicaraan di Istanbul dengan timpalannya dari Turki Recep Tayyip Erdogan.
Para pemimpin menggunakan pernyataan bersama untuk menyerukan gencatan senjata didukung oleh langkah-langkah yang perlu diambil untuk menstabilkan situasi di lapangan di Libya.
Pada hari Selasa Turki menyerukan Rusia untuk menghentikan serangan rezim terhadap Idlib dan menghormati gencatan senjata Agustus.
Pertempuran telah menewaskan lebih dari 380.000 orang di Suriah dan membuat jutaan orang terlantar sejak perang dimulai pada 2011.
Rusia meluncurkan intervensi militer untuk mendukung rezim Presiden Suriah Bashar Al Assad pada 2015, membantu pasukannya untuk merebut kembali sebagian besar negara itu dari para pejuang oposisi dan ekstrimis.