Jum'at, 20/12/2019 07:28 WIB
Kuala Lumpur, Jurnas.com - Presiden Iran, Hassan Rouhani menyatakan keprihatinan tentang rencana Amerika Serikat (AS) untuk mendapatkan kendali atas cadangan minyak Suriah.
Hal itu disampaikan Rouhani dalam pertemuan bilateral dengan mitranya dari Turki, Recep Tayyip Erdogan, pada Kamis (19/12) di sela KTT Kuala Lumpur 2019, yang dihadiri beberapa negara Muslim.
Membahas masalah regional, terutama perkembangan di Suriah, dengan Erdogan, Rouhani menyerukan lebih banyak kerja sama antara Teheran dan Ankara untuk membantu pemerintah di Damaskus.
Bulan lalu, Suriah mengatakan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bahwa AS sudah menduduki ladang minyaknya dan menjarah sumber dayanya karena badan dunia tetap diam atas tindakan penyelewengan.
AS Sebut Tidak akan Terlibat Perang dalam Konflik Bersenjata Iran-Israel
Dwayne Johnson Rahasiakan Pilihannya untuk Pilpres 2024 AS Mendatang
Film Badarawuhi Di Desa Penari Tayang di USA, Ini Harapan Produser Manoj Punjabi
"AS menduduki sumur minyak Suriah dan merampas pendapatan Suriah dalam bayang-bayang keheningan Dewan Keamanan PBB," kata Duta Besar Suriah untuk PBB Bashar al-Ja`afari dalam pertemuan badan beranggotakan 15 negara di New York pada 13 November.
Ja`afari mengatakan terorisme negara bagian AS telah menargetkan Suriah dalam upaya untuk mengubah peta geopolitik kawasan itu.
"Perang Suriah akan berakhir ketika dukungan asing untuk terorisme berakhir," tambahnya.
TV Al-Ikhbariya milik pemerintah Suriah melaporkan pada Senin (16/12) bahwa konvoi besar militer AS sudah memasuki ladang minyak di timur laut Suriah, meskipun ada kecaman.
Bala bantuan, kata Ikhbariya, sudah dikirim ke provinsi al-Hasakah dan Dayr al-Zawr dari negara tetangga Irak.
Rouhani juga mendesak kerja sama dengan Damaskus untuk membebaskan provinsi Idlib barat laut Suriah dari kehadiran kelompok teroris Takfiri dan pemulihan ketenangan di sana. Provinsi, yang berbatasan Turki itu jadi persembunyian teroris yang melarikan diri dari operasi antiteror Suriah.
Kepala eksekutif Iran dan Turki juga membahas keadaan terbaru dari hubungan bilateral dan mendesak agar hubungan dikembangkan dan diperdalam di semua bidang, terutama sektor energi, transportasi, industri, perdagangan, dan perbankan.