Profesi Jurnalis Masih Sangat Berbahaya di Negara Demokrasi

Selasa, 17/12/2019 20:34 WIB

Jakarta, Jurnas.com - Wartawan Tanpa Batas mengatakan, 49 wartawan tewas terbunuh di seluruh dunia sepanjang 2019. Jumlah itu merupakan yagn terendah dalam 16 tahun.

Direktur Jenderal Wartawan Tanpa BatasChristophe Deloire mengatakan, jumlah yang rendah secara historis sebagian besar meninggal karena konflik di Yaman, Suriah dan Afghanistan.

"Jurnalisme tetap merupakan profesi yang berbahaya. Sekitar 80 jurnalis per tahun telah kehilangan nyawa rata-rata selama dua dekade terakhir," ungkap Deloire.

Namun, Deloire mencatat, jumlah jurnalis yang dibunuh di negara-negara yang dianggap damai masih sangat tinggi. Di Meksiko mislanya 10 wartawan meninggal sepanjang 2019.

"Amerika Latin, dengan total 14 wartawan terbunuh di seluruh benua, menyamai rekor Timur Tengah," tambahnya.

Deloire mengatakan, menurutnya jumlah korban jiwa di zona konflik harus dirayakan. Karena menurutnya, semakin banyak jurnalis yang dibunuh karena profesinya di negara demokratis, akan menjadi ancaman nyata bagi demokrasi.

Sementara lebih sedikit wartawan yang sekarat, lebih banyak yang berakhir di balik jeruji besi. Sekitar 389 dikurung di 2019, naik 12 persen pada tahun lalu.

Hampir setengahnya dipenjara di tiga negara China, Mesir dan Arab Saudi, yang disalahkan atas pembunuhan mengerikan kolumnis Jamal Khashoggi di kedutaan besarnya di Istanbul tahun lalu.

"China sendiri menahan sepertiga dari jurnalis yang dikurung di dunia. Sementara itu, 57 jurnalis disandera di seluruh dunia, sebagian besar di Suriah, Yaman, Irak dan Ukraina," katanya.

TERKINI
Gara-gara Masalah Pita Suara, Jon Bon Jovi Anggap Shania Twain Adiknya Reaksi Taylor Swift saat The Tortured Poets Department Tembus 2,6 Juta Unit dalam Seminggu Disindir di Album TTPD Taylor Swift, Bagaimana Kabar Joe Alwyn Sekarang? Fantastis! Travis Kelce Berhasil Lelang Tiket Eras Tour Taylor Swift Senilai Rp1,2 Miliar