Minggu, 17/11/2019 11:55 WIB
Jakarta, Jurnas.com - Orang-orang Sri Lanka menuju ke tempat pemungutan suara untuk memilih presiden baru pada Sabtu di tengah kekerasan yang berpotensi mencegah minoritas memilih.
Tiga puluh lima kandidat mencari posisi teratas tetapi Al Jazeera melaporkan dua adalah pesaing utama - mantan Menteri Pertahanan Gotabaya Rajapaksa dan kandidat Partai Nasional Persatuan Sajith Premadasa. Gotabaya Rajapaksa, mewakili partai nasionalis Sinhala-Budha, adalah saudara lelaki mantan Presiden Mahinda Rajapaksa.
Polling ditutup pada jam 5 sore dan hasilnya diharapkan Minggu. The Guardian melaporkan rivalitas antara kedua kandidat itu diperkirakan memicu intimidasi kelompok minoritas Muslim dan Tamil.
Para pejabat pemilihan lokal, seperti Ratnajeevan Hoole, khawatir tentang kekerasan yang menargetkan kelompok-kelompok semacam itu.
Presiden Sementara Chad Memulai Kampanye Pemungutan Suara untuk Akhiri Kekuasaan Junta
Pecatan Pelatih Spanyol Mundur dari Majelis RFEF
Taiwan Pilih Ketua Parlemen yang Dianggap pro-Tiongkok
Orang-orang Muslim "meminta tempat pemungutan suara di daerah tempat mereka tinggal tanpa harus melakukan perjalanan jauh ke desa asal mereka untuk memilih," katanya. "Mereka yakin bahwa gangguan seperti ini akan terjadi."
Pria bersenjata menyerang bus yang mengangkut ratusan pemilih Muslim ke tempat pemungutan suara. Mereka juga memasang penghalang jalan, menghentikan konvoi dengan lebih dari 100 kendaraan.
"Orang-orang bersenjata melepaskan tembakan dan juga melempari batu," kata seorang pejabat di kota Tantirimale kepada The Guardian.
"Setidaknya dua bus ditabrak, tetapi kami tidak memiliki laporan korban."
Pengamat pemilu mengatakan mereka mengamati setidaknya 139 pelanggaran pemilu, termasuk dua kasus penyerangan dan 41 kasus intimidasi.