Minggu, 29/09/2019 15:15 WIB
Tehera, Jurnas.com - Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif mengatakan, Amerika Serikat (AS) sudah memulai perang cyber melawan Iran, namun tidak beranih menyelesaikannya secara penuh.
Dalam sebuah wawancara dengan NBC "Meet The Press," yang akan tayang penuh pada Minggu (29/9), Zarif merujuk ke Stuxnet, worm komputer jahat yang secara luas diyakini telah dibuat AS dan Israel.
"Ada perang dunia maya yang sedang berlangsung. AS memulai perang dunia maya, dengan menyerang fasilitas nuklir kami dengan cara yang sangat berbahaya dan tidak bertanggung jawab yang bisa membunuh jutaan orang," katanya.
"Ada perang cyber dan Iran terlibat dalam perang cyber itu. Namun, perang apa pun yang dimulai AS terhadap Iran, tidak akan bisa selesai," sambungnya.
AS Sebut Tidak akan Terlibat Perang dalam Konflik Bersenjata Iran-Israel
Dwayne Johnson Rahasiakan Pilihannya untuk Pilpres 2024 AS Mendatang
Film Badarawuhi Di Desa Penari Tayang di USA, Ini Harapan Produser Manoj Punjabi
The Washington Post melaporkan pada Juni 2012 bahwa layanan mata-mata AS dan militer Israel sudah bekerja sama untuk meluncurkan serangan virus Stuxnet pada fasilitas pengayaan uranium di Natanz, Iran.
Ditanya apakah Iran berusaha mengganggu pemilihan presiden AS tahun 2020, Zarif mengatakan Republik Islam tidak memiliki preferensi dalam pemilihan.
"Kami tidak memiliki preferensi dalam pemilihan Anda untuk campur tangan dalam pemilihan itu. Kami tidak ikut campur dalam urusan internal negara lain," katanya.
Wawancara itu dilakukan di tengah-tengah ketegangan yang meningkat antara Iran dan AS tentang langkah-langkah provokatif yang terakhir di Timur Tengah.
Presiden Donald Trump mengatakan AS "dikunci dan dimuat" dan siap untuk menanggapi serangan baru-baru ini terhadap instalasi minyak Saudi, yang pemerintahnya telah menyalahkan Iran tanpa memberikan bukti.
Washington juga memberlakukan langkah bermusuhan terhadap Teheran sejak keluar dari perjanjian nuklir multilateral 2015, secara resmi bernama Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), dan penerapan kembali sanksi anti-Iran.