Wacana Pertukaran Kader Golkar dengan Partai Komunis Cina Menambah Dosa Airlangga

Senin, 23/09/2019 01:05 WIB

Jakarta, Jurnas.com - Dosa Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto dinilai semakin menumpuk, terutama setelah mengeluarkan wacana pertukaran kader Partai Golkar dengan Partai Komunis Cina (PKC)

"Ini seperti menaruh bom waktu dirumahnya sendiri, Mas Airlangga menjadi semakin terlihat bodohnya. Saya tidak paham siapa yang berbisik di belakang beliau seperti ini?" ujar Direktur Eksekutif ETOS Indonesia Institute, Iskandarsyah di Jakarta, Senin (23/9/2019).

Iskandarsyah menilai, wacana ini jelas mengundang reaksi keras dari berbagai element masyarakat, terutama dari kelompok-kelompok Islam. Apalagi Indonesia punya sejarah kelam terhadap komunis.

"Memang banyak versi soal sejarah kelam komunis di Indonesia. Tapi rakyat Indonesia mempunyai opini yang sangat keras terhadap komunis, jadi jangan dibangkitkan itu lagi," tegas Iskandarsyah.

Kader Partai Golkar, lanjut Iskandarsyah, akan semakin waspada terhadap sosok Airlangga Hartarto, karena belum apa-apa susah mencetuskan wacana pertukaran kader Golkar dengan Partai Komunis Cina.

"Dan ini juga memperkuat pemikiran kepada semua kader Partai Golkar, agar jangan lagi mempunyai ketua umum macam beliau (Airlangga)," jelasnya.

Bagi Iskandarsyah, wacana yang dicetuskan Airlangga ini sama artinya membunuh partai Golkar dari dalam secara perlahan. Wacana pertukaran kader Golkar dengan PKC yang dibuat Airlangga tidak menggambarkan sosok pemimpin yang diharapkan kader Golkar.

"Mas Airlangga buat saya hanya ketum partai jadi-jadian. Artinya memang bukan pemimpin yang visioner, berintegritas, paham history partai yang dia pimpin. Buat saya beliau pimpinan partai jadi-jadian dan sudah saatnya ditumbangkan," tegas Iskandarsyah.

Ia menjelaskan, Airlangga telah melakukan banyak dosa terhadap kader Golkar. Apalagi sebelumnya Airlangga juga melakukan intimidasi dengan meminta semua kader partai Golkar melakukan sumpah paksa memakai kitab suci Al-Quran.

"Sekarang dia (Airlangga) membuat wacana yang menurut saya sedikit gila. Jadi sudah benar beliau harus diganti," lanjutnya.

Iskandarsyah sendiri menilai sosok pengganti Airlangga yang tepat ada pada diri Bambang Soesatyo dan Ridwan Hisyam. Sebab mereka memiliki ciri dan karakter kepemimpinan yang baik.

"Cari yang mempunyai portofolio yang benar, berintegritas, visioner, bisa membawa marwah partai menjadi lebih baik. Dan Mas Bamsoet atau Bang Ridwan Hisyam sama-sama punya peluang memimpin partai Golkar ke arah lebih baik. Kawan-kawan internal Partai Golkar pasti punya penilaian yang baik terhadap dua kandidat itu," bebernya.

Menjelang Munas Partai Golkar 2019 ini, Iskandarsyah juga mulai mempopulerkan istilah ABA di internal Partai Golkar, yakni singkatan dari Asal Bukan Airlangga.

TERKINI
Richie Sambora Harus Berlutut ke Jon Bon Jovi agar Livin` on a Prayer Dimasukkan ke Album Lagi Bucin, Dua Lipa Peluk Mesra Callum Turner di Jalanan Berkarier Sejak Muda, Anne Hathaway Sering Alami Stres Kronis Gara-gara Tuntutan Pelecehan Seksual, Lady Gaga Batalkan Pesta Lajang Adiknya