Senin, 02/09/2019 09:45 WIB
Hong Kong, Jurnas.com - Mahasiswa Hong Kong mengancam akan memboikot perkuliahan pada Senin (2/9). Aksi ini menambah serentetan protes disertai kekerasan yang berlangsung selama tiga bulan terakhir.
Pusat keuangan Hong Kong sebelumnya sudah mengalami kekacauan, karena jutaan massa yang turun ke jalan untuk memprotes krisis kebebasan, dan meningkatnya campur tangan China dalam urusan dalam negeri mereka.
Dikutip dari CNA, kepolisian telah menerima laporan dua unjuk rasa pada Senin (2/9) ini, namun belum jelas apakah aksi itu berjalan damai, atau berujung kekerasan seperti demonstrasi baru-baru ini.
Sementara perguruan tinggi di Hong Kong, dijadwalkan untuk melanjutkan kelas pada hari ini, setelah liburan musim panas. Tapi mahasiswa yang diketahui terlibat gerakan protes, merencanakan boikot selama dua minggu.
Di Bawah Tekanan Politik, Biden Akhirnya Bersuara soal Protes mahasiswa Pro Palestina di AS
Berbeda dengan Berkeley, UCLA Tangani Protes Mahasiswa Pro-Palestina dengan Panggil Polisi
Lokasi Protes pro-Palestina di UCLA Diserbu dan Dibubarkan Polisi
Sebelumnya, demonstran Hong Kong memblokir jalan menuju bandara internasional pada Minggu (1/9), setelah chaos yang terjadi antara polisi dan pengunjuk rasa bertopeng, pada Sabtu (31/8) malam.
Massa juga mendesak masyarakat untuk membanjiri jalanan dan kereta api ke bandara pada Minggu dan Senin, yang berpotensi mengganggu penerbangan.
Pada Sabtu malam hingga menjelang Minggu dini hari, polisi menembakkan gas air mata, meriam air, dan peluru karet. Sementara para pengunjuk rasa melemparkan bom bensin.
Petugas menembakkan dua tembakan peringatan ke udara untuk menakuti sekelompok pengunjuk rasa, yang telah mengepung mereka dan mencoba mencuri pistol mereka.
"Sekelompok besar pemrotes berpartisipasi dalam majelis tidak sah di berbagai distrik sejak kemarin, meskipun polisi telah memberikan peringatan," kata polisi dalam sebuah pernyataan.