Perang Dagang Meruncing, China Salahkan AS

Minggu, 02/06/2019 15:01 WIB

Beijing, Jurnas.com - Pemerintah China menyalahkan Amerika Serikat (AS) atas meruncingnya perang dagang di antara kedua negara.

Pernyataan yang disampaikan oleh kantor juru bicara kabinet China pada Minggu (2/6) ini menyebut pihaknya sudah menepati janji selama 11 putaran pembicaraan, dan akan menghormati komitmen jika perjanjian perdagangan tercapai.

Namun AS, menurut China, mundur tiga kali selama pembicaraan, dan malah memperkenalkan tarif impor baru, dan kondisi lain di luar kesepakatan.

"Tetapi semakin banyak yang ditawarkan pemerintah AS, semakin banyak yang diinginkannya. Mereka melakukan intimidasi dan paksaan," demikian pernyataan kabinet dilansir dari Associated Press.

"Kedaulatan dan martabat suatu negara harus dihormati, dan perjanjian apapun yang dicapai oleh kedua belah pihak, harus didasarkan pada kesetaraan dan saling menguntungkan," tambahnya lagi.

Sebelumnya AS menuding China mencuri rahasia dagang, dan melakukan transfer teknologi secara paksa. Presiden AS Donald Trump akhirnya mengenakan tarif 25 persen pada US$250 miliar impor China, dan berencana meningkatkan hingga US$300 miliar.

Tidak cuma itu, Trump juga memasukkan perusahaan telekomunikasi asal China, Huawei, ke dalam daftar hitam (blacklist), serta melarang perusahaan-perusahaan AS memasok komponen terhadap Huawei.

Beijing selanjutnya merespons dengan memberlakukan tarif pada produk-produk AS senilai US$60 miliar, yang mulai berlaku Sabtu.

Tak mau kalah, China juga membalas daftar hitam AS dengan mengumumkan bahwa mereka akan membuat daftar "entitas tak terpercaya", yang terdiri dari pebisnis, perusahaan, dan individu asing.

TERKINI
Pemerintah Sudah Kucurkan Dana Desa Rp609,68 Triliun Anggota DPR Minta KKP Ciptakan Teknologi Budidaya Ikan Bawang Merah, Komoditas Penyumbang Tertinggi Bulan April Ketua DPR Soroti Pentingnya Ekosistem Pendidikan Demi Terciptanya SDM Unggul