Rabu, 15/05/2019 16:25 WIB
Jakarta, Jurnas.com - Neraca perdagangan Indonesia dalam kurun waktu Januari-April mengalami defisit dengan sejumlah negara. Di antaranya adalah China, Jepang dan Thailand.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto dalam konferensi persnya mengatakan defisit dengan jumlah terbesar berasal dari China, yaitu mencapai mencapai USD7,1 miliar.
Defisit perdagangan terbesar kedua diperoleh Indonesia dari Thailand dengan nilai USD1,35 miliar. "Defisit ini sedikit berkurang dari peridoe tahun lalu yang sebesar USD1,49 miliar," jelas Suharianto, di Jakarta, Rabu (15/50).
Defisit terbesar ketiga diraih Indonesia berasal dari perdagangan dengan Jepang sebesar USD873 juta. Defisit ini meningkat dari periode Januari-April tahun lalu yang berjumlah USD500 juta.
Defisit APBN 2025 Ditetapkan Hingga 2,8 Persen dari PDB
Defisit APBN 2023 Turun jadi Rp347 Triliun
RI Defisit Dokter, President University Buka Fakultas Kedokteran
Secara keseluruhan, selama periode Januari-April tahun ini Indonesia mengalami defisit perdagangan sebesar USD2,56 miliar, lebih besar dari tahun lalu yang sebesar USD1,41 miliar pada periode yang sama.
Sementara itu, dalam kurun waktu yang sama, Indonesia berhasil mencatatkan surplus dengan sejumlah negara, yaitu Amerika Serikat (AS), India, dan Belanda.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan, keuntungan dagang terbesar Indonesia diraih dari Amerika Serikat dengan nilai USD2,91 miliar selama empat bulan pertama tahun ini.
Suhariyanto mengatakan, keuntungan ini meningkat dari periode sama tahun lalu yang berjumlah USD2,78 miliar.
Ia menambahkan surplus dagang lainnya diperoleh dari India dengan jumlah USD2,38 miliar atau sedikit berkurang dari keuntungan pada periode sama tahun lalu yang mencapai USD2,63 miliar.
Kemudian surplus lainnya diperoleh dari Belanda dengan jumlah USD805 juta selama Januari-April tahun ini, lebih rendah dari jumlah USD885 juta yang diraih pada tahun lalu.
Keyword : Infor PerdaganganDefisitEkspor Impor