Iran Sebut Pernyataan Kontroversi Pompeo di Lebanon Kurang Ajar

Senin, 25/03/2019 10:09 WIB

Dubai, Jurnas.com - Iran menegaskan, pihaknya akan memperluas hubungannya dengan Lebanon terlepas dari pernyataan "provokatif dan intervensionis" Sekretaris Negara Amerika Serikat (AS), Mike Pompeo yang meminta Beirut itu memilih.

Pada tur regional untuk menggalang dukungan bagi garis keras Washington melawan Teheran, Pompeo mengatakan pada hari Jumat bahwa Lebanon menghadapi pilihan - "Berani maju sebagai negara yang mandiri dan bangga, atau membiarkan ambisi gelap Iran dan Hizbullah untuk menentukan masa depan Anda" .

Dalansir dari Reuters, Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Bahram Qasemi mengecam pernyataan Pompeo.

"Karena kegagalan kebijakannya di Timur Tengah, AS beralih ke senjata ancaman dan intimidasi yang sudah usang dan tercela untuk memaksakan kebijakannya yang tidak bersahabat di negara lain," kata Qasemi.

Sementara menghormati kemerdekaan Lebanon dan kehendak bebas pemerintah dan negaranya, Iran akan menggunakan semua kapasitasnya memperkuat persatuan di dalam Lebanon dan juga memperluas hubungannya dengan Lebanon.

Hizbullah, yang pengaruhnya telah berkembang di dalam negeri dan di wilayah itu, mengendalikan tiga dari 30 kementerian dalam pemerintahan yang dipimpin Perdana Menteri yang didukung Barat Saad al-Hariri, jumlah terbesar dalam sejarahnya.

Kekuatan Muslim Syiah dominan Iran dan Hizbullah, didirikan pada1982 oleh Pengawal Revolusi Iran, adalah pemain utama dalam perang di Suriah dan perang melawan kelompok-kelompok militan yang menentang Presiden Bashar al-Assad, yang meliputi ISIS.

Qasemi mengatakan bahwa Hizbullah Lebanon adalah partai yang sah dan populer.

"Bagaimana Pompeo bisa membuat pernyataan yang kurang ajar dan tidak rasional seperti itu (tentang Hizbullah) saat mengunjungi Libanon," katanya.

Ketegangan antara Teheran dan Washington meningkat sejak Presiden AS, Donald Trump menarik diri dari perjanjian nuklir 2015 antara Iran dan enam kekuatan dunia Mei lalu, dan kemudian menerapkan kembali sanksi terhadap Republik Islam.

Pemulihan sanksi adalah bagian dari upaya yang lebih luas Trump untuk memaksa Iran mengekang program nuklirnya dan menghapus rudal balistiknya serta dukungannya untuk pasukan proksi di Yaman, Suriah, Lebanon dan bagian lain di Timur Tengah.

TERKINI
`Sleeping Beauties: Reawakening Fashion` Jadi Tema Met Gala 2024, Apa Maknanya? Madonna Pecahkan Rekor Gelar Pesta Dansa yang Dihadiri 1,6 Juta Penggemar Sederet Selebriti Gelar Afterparty Met Gala 2024, Usher hingga Beyonce! Kini Bertubuh Langsing, Kelly Osbourne Bantah Pakai Ozempic