Tak Ada yang Bisa Merusak Hubungan Iran-China

Jum'at, 22/02/2019 05:59 WIB

Teheran, Jurnas.com - Presiden China, Xi Jinping, menegaskan bahwa negaranya berusaha untuk mengembangkan "hubungan strategis yang komprehensif" dengan Iran.

Xi membuat pernyataan itu dalam pertemuan dengan Ketua Parlemen Iran, Ali Larijani di Beijing pada hari Rabu.

Selama pertemuan, Larijani menyebut China salah satu mitra andal Iran, menyerukan perluasan hubungan timbal balik.

Sehari sebelumnya, Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif, bertemu dengan mitranya dari Tiongkok,Wang Yi di Beijing, mengatakan, "Hubungan kami dengan China sangat berharga bagi kami."

Zarif menambahkan, "Kami menganggap kemitraan strategis yang komprehensif antara Iran dan China sebagai satu hubungan kita yang paling penting."

Juga pada hari yang sama, Larijani mengadakan pembicaraan dengan Lee Shoe Young, ketua kelompok persahabatan parlemen Iran-China.

Dalam pertemuan itu, ia mengatakan bahwa hubungan persahabatan antara kedua negara telah berlangsung lebih dari 2.000 tahun.

"Tidak ada negara yang dapat merusak hubungan Iran-China," tambah Larijani yang memulai kunjungan ke China pada hari Senin ditemani oleh Zarif, Menteri Perminyakan Bijan Zanganeh, gubernur bank sentral Abdolnasser Hamati dan beberapa anggota parlemen.

Larijani pada hari Selasa mengatakan bahwa Iran siap untuk meningkatkan hubungan dengan China di berbagai bidang.

"Hubungan antara Iran dan China selalu didasarkan pada persahabatan," katanya dalam pertemuan dengan Li Zhanshu, ketua Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional (NPC) Tiongkok, di Beijing.

Li mengatakan bahwa kedua negara bertekad untuk memperluas hubungan.

Baik Iran dan China telah menjadi sasaran peningkatan taktik tekanan ekonomi Washington di bawah Presiden Donald Trump.

Pemerintahan Trump menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran 2015, yang juga menjadi penandatangan China, Mei lalu dan mengeluarkan sanksi "terberat" terhadap Teheran.

China, bersama dengan pihak-pihak lain dalam perjanjian itu, telah berulang kali membela kesepakatan nuklir itu dan menyatakan tekadnya untuk mempertahankan kesepakatan itu.

Washington juga telah terlibat dalam ketegangan ekonomi dengan Beijing selama beberapa bulan terakhir, yang bisa saja menyulut menjadi perang dagang habis-habisan antara dua ekonomi terbesar dunia.

Ketegangan meningkat tahun lalu ketika administrasi Trump menerapkan tarif barang-barang Tiongkok senilai USD250 miliar, sementara Beijing membalas dengan tugasnya sendiri atas barang dagang AS senilai USD110 miliar.

TERKINI
KPU Siap Hadapi 297 Perkara PHPU Pileg 2024 Aktor Rio Reifan Ditangkap Kelima Kalinya di Kasus Narkoba CERI Laporkan Aspidum Kejati Jawa Timur ke Jaksa Agung Atas Dugaan Ini MK Mulai Gelar Sidang Perkara PHPU Pileg 2024