Jum'at, 13/07/2018 08:49 WIB
Yaman - Amnesty International menyerukan penyelidikan atas dugaan penghilangan, penyiksaan dan kemungkinan kematian di penjara dan "jaringan fasilitas penahanan rahasia" yang dijalankan oleh Uni Emirat Arab (UAE) dan milisi sekutu di Yaman selatan.
Pada laprannya, Kamis kemarin lembaga itu berhasil mendokumentasikan, "penghilangan paksa secara sistemik dan penyiksaan serta perlakuan sewenang-wenang lainnya".
Berdasarkan lebih dari 70 wawancara, para penulis mengatakan praktik "kejam dan melanggar hukum" sedang dilakukan di penjara tersebut. Karena itu, Amnesti meminta pemerintah UAE untuk segera menghentikan penyiksaan, dan membebaskan para tahanan.
Sementara itu, ia juga mendesak Amerika Serikat untuk menangguhkan pengumpulan intelijen kerjasama dengan UAE, dan berhenti memasok senjata.
Tajir Gara-gara Konser Selalu Sold Out, Taylor Swift Tolak Rp 144 Miliar Tampil di Uni Emirat Arab
Tajir Gara-gara Konser Selalu Sold Out, Taylor Swift Tolak Rp 144 Miliar Tampil di Uni Emirat Arab
Yaman dan Militer AS Sebut Penenggelaman Kapal di Laut Merah Ancam Lingkungan
Amnesty mengatakan bahwa 51 kasus penghilangan paksa terjadi antara Maret 2016 dan Mei 2018. Ada sekitar 19 pria masih hilang. Namun, ia mengatakan telah mengumpulkan kesaksian dari para tahanan yang dibebaskan dan sanak keluarga mereka yang hilang di Yaman.
"Kami telah melakukan ini melalui wawancara dengan keluarga, pejabat pemerintah, mantan tahanan saat ini," kata direktur untuk tanggapan krisis di Amnesty, Tirana Hasson kepada Al Jazeera.Tahun lalu, kantor berita Associated Press melaporkan bahwa UEA dan milisi sekutunya menjalankan jaringan fasilitas penahanan rahasia, di luar kendali pemerintah Yaman.
Keyword : Amnesty International Yaman Uni Emirat Arab