Jum'at, 13/04/2018 08:39 WIB
Timor Tengah Selatan - Program Upaya khusus program padi, jagung, dan kedelai (pajale) di Nusa Tenggara Timur (NTT) ternyata membawa berkah tersendiri bagi para penduduk. Hal itu terungkap saat Staf Ahli Menteri Pertanian (Mentan), Bidang Infrastruktur Ani Andayani melakukan panen jagung di hamparan seluas 50 hektar dengan produktivitas, 5,1 ton per hektare di Desa Abi, Oenino, Timor Tengah Selatan (TTS) baru-baru ini.
Kabupaten TTS, saat ini memiliki 84.500 hektar lahan jagung dan 10.000, hektar sawah, 5000 hektar di antaranya irigasi tekni. Desa Abi, yang berada di ketinggian sekirar 500 meter dari permukaan laut, memang memiliki spesifik lokasi dan hamparan lahan dengan tingkat kemiringan yang normal.
Bupati Kabupaten TTS, Paulus V.R. Mella mengatakan sebelum adanya Program Upsus Pajale, para "Pemuda" dari Desa Abi dan Kabupaten TTS, umumnya keluar daerah menjadi Tenaga Kerja, baik disekitar NTT maupun keluar provinsi bahkan banyak yang jadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri, hal tersebut dikarenakan beratnya kondisi lahan yang ada di TTS yang membutuhkan energi yang luar biasa untuk mengolahnya, bila tidak menggunakan teknologi.
"Kami sangat Bersyukur dengan Program Upsus PaJaLe, yang membawa harapan baru untuk sektor pertanian, bahkan saat ini generasi muda di Kab. TTS, sudah tidak mau pergi keluar daerah, usaha tani menjadi menarik," ujar Paulus Mella.
Wujudkan Ketahanan Pangan, Kementan Dorong Peningkatan Produksi Padi Kaltara
Dewas KPK Sudah Periksa Alexander Marwata: Tidak Ada Pelanggaran
Ghufron Akui Sempat Diskusi dengan Alexander Marwata Soal Mutasi ASN Kementan
"Mimpi kami, masyarakat Kabupaten TTS, dapat segera merealisasikan cita-cita untuk ekspor jagung ke Timor Leste, karena selama ini, produk hortikultura sudah ekspor hanya tidak tercatat," sambungnya.
Penanggung Jawab Upsus PaJaLe Provinsi NTT ini berharap agar masyarakat di Kabupaten TTS, dapat memanfaatkan semua bantuan pemerintah untuk peningkatan kesejahteraan keluarga petani.
"Pemerintah memang tidak mungkin memberikan bantuan untuk setiap rumah tangga petani, keterbatasan anggaran dan banyaknya jumlah petani di seluruh indonesia, maka pilihan kita, memberikan bantuan dalam bentuk kelompok," jelas Ani.
"Kami yakin, bila kelompok ini kemudian membentuk "Brigade" Alat Mesin Pertanian yang di koordinir Pemerintah Daerah (Pemda) dan Bintara Pembina Desa (Babinsa), pasti efektif. Semua Petani dalam kelompok dapat memanfaatkan alat mesin dengan efisien," sambugnya.