Kamis, 15/03/2018 06:06 WIB
Sukadana - Setelah terpukau melihat praktek toleransi yang ditunjukkan masyarakat Kayong Utara, Kalimantan Barat, Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Oesman Sapta itu, kembali dibuat bangga melihat hal yang sama yang di Sukadana.
Hal itu disampaikan usai menyampaikan Sosialisasi Empat Pilar MPR di Sukadana, Kayong Utara, Kalimantan Barat, Rabu (14/3), dan kemudian bertolak ke desa Sedahan Jaya, desa yang penduduknya berasal dari Bali.
"Saya dengar dari kepala desa. Warga Bali di desa ini memiliki toleransi yang luar biasa. Mereka tidak pernah menimbulkan keributan," kata Oso.
Menurut Oso, orang Bali datang ke Sukadana tahun 1960-an, tepatnya ketika Gunung Agung di Bali meletus tahun 1963. Para pendatang dari Bali ini bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan setempat.
HNW Dukung Hak Angket Kecurangan Pemilu: Itu Hak DPR dari Konstitusi
Pimpinan MPR Ajak Elite Parpol Hindari Pernyataan Menyesatkan di Pemilu 2024
Bamsoet Ajak Media Massa Sejukkan Iklim Politik Jelang Pemilu 2024
"Awas, siapa saja yang mengganggu mereka (warga Bali) akan berhadapan dengan saya. Tidak boleh ada SARA di desa ini," tandas Oso.
Di Desa Sedahan Jaya tercatat sebanyak 126 kepala keluarga dengan jumlah 476 jiwa. Mereka adalah generasi kedua. Sementara itu Gede Pasek melihat warga Bali di Desa Sedahan Jaya ini sudah betah tinggal di Sukadana."Saya melihat mereka menikmati hidup di sini," ujarnya.
"Tadi saya tanya apakah pernah pulang ke Bali atau tidak. Mereka pernah pulang tapi tetap ingin balik ke Sukadana. Ini menandakan mereka betah di sini," sambungnya.Anggota MPR dari Bali ini berharap warga Bali bisa terus berkembang bersama masyarakat setempat."Bisa menjaga kerekatan persaudaraan, kekeluargaan, dan kebersamaan dengan maayarakat setempat," ujarnya.