Senin, 01/01/2018 12:37 WIB
New York - Penolakan Lorde tampil di Tel Aviv, Israel dalam konser yang seyogyanya berlangsung Juni 2018 mendatang, ternyata menuai buntut panjang. Nama dan foto Lorde muncul di harian Washington Post edisi 31 Desember, dengan julukan Bigot.
Bigot berasal dari Bahasa Prancis, yang bermakna `personne qui pratique la bigoterie` atau fanatisme berlebihan. Bigot bisa juga diartikan menganggap keyakinan sendiri paling benar, sementara keyakinan orang lain salah.
"Lorde dan Selandia Baru mengabaikan Suriah untuk menyerang Israel," demikian judul tulisan Rabu Shmuley Boteach.
"Usia 21 terlalu muda untuk menjadi seorang bigot," lanjutnya.
Netanyahu Tetap Berpegang pada Tujuan Kemenangan Total atas Hamas Meski Menterinya Menantang
Kepada Pengadilan Dunia, Israel Menyebut Tuduhan Genosida oleh Afrika Selatan Hanya Olok-olok
Walikota New York Sebut Tidak Ada Korban Luka di Universitas Columbia, Mahasiswa Tunjukkan Bukti
Lewat media online Times Square, Boteach juga mengirimkan sebuah video sebagai bentuk protes terhadap keputusan Lorde. Video terbaru ini dia unggah saat malam pergantian tahun, Senin (1/1).
"Saya mencintai Selandia Baru. Negara itu adalah negara terindah di dunia. Apa yang dilakukan Selandia Baru dalam mengekspor fanatisme dan kebencian melawan Israel, merupakan bentuk demokrasi di Timur Tengah?" ujar Boteach.
Boteach juga mengkritisi Lorde yang tetap memilih konser di Rusia. Menurutnya, hal itu justru mendukung Presiden Putin dan Presiden Bassar al-Assad melancarkan genoshida di Suriah.
"Munafik sekali Lorde melanjutkan konsernya di Rusia. Padahal Putin mendukung Assad untuk tindakan genoshida," kata Boteach.
"Mari boikot para pemboikot dan memberi tahu Lorde, bahwa fanatisme anti Yahudi tidak mendapatkan tempat di abad ini," tegasnya.
Keyword : Selebriti Internasional Hollywood Lorde Israel Timur Tengah