Netanyahu "Ngemis" ke Uni Eropa

Selasa, 12/12/2017 08:42 WIB

Brussels - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengemis dukungan kepada menteri Eropa. Hal itu terjadi tak berselang lama setelah pemerintah Amerika Serikat mengakui secara resmi Yerusalem sebagai ibukota Israel.

Pada konferensi pers bersama dengan kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Federica Mogherini, Netanyahu mengungkapkan harapannya semua atau sebagian besar negara-negara Eropa memindahkan kedutaannya ke Yerusalem, dan mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

"Yerusalem telah menjadi ibu kota Israel selama 70 tahun terakhir. Dan, Presiden Amerika Donald Trump telah membuktikan fakta itu. Perdamaian didasarkan pada kenyataan dan pengakuan," kata Netanyahu, dilansir Al Jazeera, Senin (11/12)

Natanyahu yakin dengan mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel perdamaikan akan tercapai, terlepas dari kenyataan bahwa orang-orang Palestina melihat Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara masa depan mereka.

"Israel telah melakukan proses perdamaian bagi tetangganya, Palestina selama seratus tahun, jauh sebelum ada negara Israel dan setelah didirikan," sambunya

Ia menyebut menyebut penolakan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terhadap Yerusalem sebagai ibukota Israel menggelikan.

"Sekarang ada upaya untuk mengajukan sebuah proposal perdamaian baru oleh pemerintah Amerika. Saya pikir kita harus memberi kesempatan damai," katanya.

Dominic Kane, melaporkan dari Brussels, mengatakan mayoritas menteri EU tidak mendukung langkah Amerika Serikat tersebut. "Netanyahu disambut dengan hormat, tapi di balik pintu tertutup, mereka menolak kebijakan tersebut."

"Ada beberapa negara Uni Eropa seperti Republik Ceko dan Hongaria mendukung Amerika Serikat. Namun, sebagian besar dari mereka berpikir bahwa hal itu seharusnya tidak dilakukan saat ini. Mereka berpikir bahwa solusi dua negara solusi yang paling tepat."

Sementara itu, Mogherini mengatakan bahwa Uni Eropa akan terus menghormati konsensus internasional mengenai Yerusalem. "Kami tahu di mana Uni Eropa berdiri. Kami percaya bahwa satu-satunya solusi realistis untuk konflik antara Israel dan Palestina didasarkan pada dua negara bagian dengan Yerusalem sebagai ibu kota keduanya."

TERKINI
Netanyahu Pertimbangkan Risiko Serangan Rafah karena Hadapi Dilema Penyanderaan Thailand akan Rekriminalisasi Ganja, Perdana Menteri Janji Bersikap Keras terhadap Narkoba Gerakan Mahasiswa Indonesia Bisa Lahirkan Kesadaran Global bagi Kemerdekaan Palestina Berkali-kali Mengungsi, Warga Gaza Cari Tempat Aman Sebelum Serangan Israel di Rafah