Rabu, 06/09/2017 16:16 WIB
Washington - Amerika menuduh Korea Utara mengemis peperangan, setelah pihak Korut melakukan uji coba nuklir pada hari Minggu (03/09) lalu.
Presiden AS Donalad Trump menyerukan pada para pemimpin asing, termasuk Presiden Korea Selatan Moon Jae In, dan Kanselir Jerman Angela Merkel, bahwa semua opsi untuk mengatasi ancaman Korut sudah ada di atas meja.
Korea Selatan mengatakan bahwa pihaknya sedang berdiskusi dengan Washington, perihal penggelaran kapal induk dan pembom ke semenanjung Korea.
Duta besar AS untuk PBB Nikki Haley, menyatakan bahwa Kim Jong Un sedang mengemis perang, dan mendesak 15 anggota dewan keamanan PBB untuk segera menjatuhkan sanksi yang kuat untuk mencegah Korut melanjutkan aksinya.
Tingkatkan Produksi Artileri, Kim Jong Un Periksa Uji Coba Peluncuran Roket Korea Utara
DPR Desak Pemerintah Tutup Perusahaan Baja Ilegal China
Pemerintah Kurangi Status Bandara Internasional jadi 17
"Perang bukanlah sesuatu yang diinginkan Amerika Serikat, kami tidak menginginkannya sekarang. Tapi kesabaran kami bukannya tidak memiliki batas, kami akan membela sekutu dan wilayah kami," tegas Haley.
"AS akan melihat setiap negara yang melakukan bisnis dengan Korut sebagai negara yang memberi bantuan, pada niat nuklir mereka," tambahnya.
Haley menyatkaan Amerika Serikat akan mengajukan resolusi baru pada Dewan Keamanan minggu ini, dan akan segera melakukan pemungutan suara pada hari Senin depan.
China selaku mitra dagang utama Korea Utara, dan Rusia menyerukan resolusi damai untuk mengatasi krisis tersebut. "China tidak akan membiarkan kekacauan dan perang di Semenanjung Korea," ujar Liu Jieyi, duta besar China untuk PBB, Liu juga mendesak Korut agar berhenti melakukan tindakan-tidakan yang salah.
Pihak Rusia mengatakan bahwa perdamaian di wilayah tersebut sedang dalam bahaya. "Sanksi tidak akan membantu memecahkan masalah ini," kata Duber Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia.
Korea Utara sendiri telah mendapatkan sanksi dari PBB sejak 2006 lalu, karena uji coba rudal balistik dan program nuklirnya.
Keyword : Internasional Amerika Serikat Korea Utara China Rusia