Teheran Umumkan Produksi Rudal Baru

Minggu, 23/07/2017 10:41 WIB

Beirut - Iran umumkan pihaknya meluncurkan sebuah lini produksi rudal baru pada hari Sabtu, hal ini diungkapkan oleh media pemerintah, semenjak ketegangan antara Amerika Serikat dan Teheran semakin meningkat.

Rudal Sayyad 3 itu diklaim dapat mencapai ketinggian 27 km dan menempuh perjalanan sejauh 120km, ujar menteri pertahanan Iran Hossein Dehghan dalam sebuah upacara.

Dehghan menjelaskan, rudal tersebut dapat menarget pesawat tempur, kendaraan udara tak berawak, rudal jelajah dan helikopter.

Pekan lalu, Amerika Serikat menambah sanksi ekonomi baru terhadap Iran, karena program rudal balistiknya, dan mengatakan bahwa kegiatan licik Teheran di Timur Tengah, mengurangi kontribusi positif yang berasal dari kesepakatan nuklir Iran 2015 lalu.

Langkah tersebut memberi isyarat bahwa pemerintahan Donald Trump berusaha memberi tekanan lebih besar pada Iran, sambil mempertahankan kesepakatan antara Teheran dan enam kekuatan dunia lain, untuk mengekang program nuklirnya dengan imbalam berupa pengangkatan sanksi minyak dan keuangan internasional.

Sanksi tersebut ternyta malah membuat militer Iran atau Korps Garda Revolusi Islam, dapat mengembangkan pesawat tak berawak dan berbagai peralatan militer lain, seperti produksi dan perawatan kapal, serta pengadaan komponen-komponen elektronik.

Meski begitu, pemerintah Trump mengatakan bahwa Iran masih mematuhi perjanjian nuklir tersebut, ini adalah kedua kalinya Trump menyetujuhi kepatuhan Iran atas kesepakatan yang dibuat 2015 lalu, meskipun Trump sempat menggambarkannya sebagai kesepakatan terburuk yang pernah ada selama kampanye presiden 2016.

Dehghan mengatakan pada upacara tersebut bahwa kesepakatan militer yang bernilai $110 miliar antara Amerika dan Arab Saudi, dimaksudkan sebagai ancaman bagi negara Iran.

"Kami baru-baru ini menyaksikan pembelian besar yang dibayar oleh beberapa negara di wilayah (timur tengah) tersebut sebagai uang tebusan ke Amerika, mereka berniat membawa senjata ke wilayah itu, dan pembelian ini dilakukan dnegan tujuan untuk mengancam negara Islam Iran," ujar Dehghan.

TERKINI
PPP Siap Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran Alasan Dede Yusuf Tak Ikut Pilkada Serentak 2024 KPK Fasilitasi BPK Periksa SYL Terkait Permintaan Auditor Rp12 Miliar Datangi Mabes Polri, Massa Dukung Kapolri Sikat Preman Suruhan PT SKB