Kamis, 20/07/2017 06:31 WIB
Jakarta – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) meminta para orang tua tidak melepaskan pergaulan anak begitu saja, termasuk menyangkut wawasan keagamaan. Sebab, paham radikal yang berujung aksi teror juga membungkus doktrin mereka lewat ajaran-ajaran agama, sehingga mudah menjaring anak-anak yang baru mengenal agama.
“Dalam menanggulangi penyebaran paham radikal yang berakibat pada aksi-aksi teror dan mengancam keselamatan bangsa, terutama anak, saya kira seorang ibu harus mengambil peran dengan meningkatkan pengawasan, dan menjadi perekat nasionalisme di tengah masyarakat.” kata Direktur Deadikalisasi Prof. Irfan Idris BNPT, dalam acara Diskusi Nasional bertajuk ‘Peran Perempuan dalam Pertahanan dan Keamanan’, di Jakarta, Rabu (19/7).
Selain ketidakpedulian orang tua, hal pemicu munculnya bibit teroris adalah masalah-masalah di dalam internal keluarga. Seperti, hubungan orang tua kurang harmonis, perceraian, hingga persoalan ekonomi.
Dalam hal ini, Irfan mencontohkan seorang anak perempuan 19 tahun asal Medan bernama SA mengaku sudah mengafirkan kedua orang tuanya. SA bahkan menyatakan siap berjihad ke Suriah, dan rela menjadi istri kedua gurunya. Dan setelah diselidiki, ternyata SA berasal dari keluarga yang kurang harmonis.
DPR Kutuk Keras Aksi Terorisme di Moskow Rusia
Pimpinan DPR Kutuk Keras Aksi Terorisme ISIS di Rusia
Sahroni Letakkan Batu Pertama di Museum BNPT Sentul, Berharap Nihil Aksi Terorisme
“Mereka didoktrin bahwa kalian (perempuan) tidak perlu berjihad dengan senjata. Jihad kalian adalah melahirkan generasi-generasi mujahid,” sambungnya.
Karena itu BNPT mendorong peran para ibu selain melindungi anak-anak mereka dari ancaman radikalisme, juga diharapkan mampu menciptakan kontra narasi jika terdapat isu atau pemahaman yang hendak bermaksud mengganti Pancasila untuk mendirikan negara agama.