Kamis, 25/04/2024 21:15 WIB
Jakarta, Jurnas.com- Kabar tak menyenangkan datang dari Rusia. Peserta ekspedisi Kutub Utara tiba di Moskow, dan tiba di Krasnoyarsk, Siberia Tengah. Sementara Putri Handayani yang masuk di rombongan kedua (15-28 April 2024) sedang dalam penerbangan menuju ke Moskow.
Pembatalan ini terpaksa dilakukan akibat rusaknya runway es di base camp es Barneo yang berada di Samudra Arktik koordinat sekitar 89 derajat Lintang Utara (LU).
Dengan pembatalan ini berarti total sudah enam kali hal serupa terjadi sejak 2019. Selama ini jalur ke Kutub Utara lebih kerap dilakukan lewat Norwegia. Sedangkan jalur Rusia baru pertama kalinya dibuka di 2024. Yang berarti perjalanan lewat jalur Rusia belum terealisasi sampai sekarang.
Pelarangan dan pembatalan ekspedisi ke Kutub Utara dalam kurun enam tahun terakhir disebabkan selain kondisi geopolitik Rusia dan Ukraina (perang), juga faktor alam dan cuaca (dampak perubahan iklim), dan pandemi Covid-19. Akibatnya ekspedisi pertama penjelajah Indonesia ke Kutub Utara bertajuk “Kartini 8 – Arctic Expedition” juga mengalami pembatalan.
Kabar resmi (official announcement) datang pada 11 April 2024, saat Putri Handayani, satu-satunya penjelajah Indonesia dalam penerbangan menuju Doha, Qatar, untuk melanjutkan penerbangan ke Moskow, Rusia.
Bolak-balik ke Inggris, Apakah Pangeran Harry akan Bertugas Kembali di Kerajaan?
PDIP Sempat Dikurung di Pilkada 2024, Megawati Bicara Bagaimana Kebenaran Pasti Hadir
Megawati Minta Airin Berani Bersuara Jika Sudah Masuk PDIP
Bagi Putri, sapaan akrab pendiri Jelajah Putri ini, kabar penundaan tersebut yang kedua kali dalam dua tahun berturut-turut. “Tahun lalu saya rencananya pergi (ke Kutub Utara, red) tapi karena Norway Aviation tidak mengizinkan Barneo AG terbang makanya di-cancel,” ujar alumni Fakultas Teknik Universitas Indonesia itu.
Sekadar informasi Barneo AG satu-satunya perusahaan yang memiliki layanan perjalanan Kutub Utara. Barneo AG juga operator Barneo Ice Camp. Barneo AG sejatinya perusahaan Rusia yang beroperasi sejak 2002 di Longyearbyen, Svalbard, Norwegia. Walaupun kepemilikannya per hari ini adalah warga Swedia. Karena berbagai alasan geopolitik itu pula membuat ruang gerak Barneo AG agak terbatas.