Konflik dengan Korut, Trump Melunak

Jum'at, 28/04/2017 08:52 WIB

Jakarta - Presiden AS Donald Trump mengatakan konflik besar dengan Korea Utara mengenai program nuklir dan misilnya adalah mungkin terjadi. Namun ia lebih memilih hasil diplomatik terhadap perselisihan tersebut. Sikap yang melunak mengingat sebelumnya ia berani mengancam aksi militer kepada Pyongyang.

"Ada kemungkinan kita bisa mengalami konflik besar dengan Korea Utara. Tentu," kata Trump kepada Reuters dalam wawancara di Oval Office menjelang hari ke-100 di Gedung Putih pada Sabtu (29/4).

Meski begitu, Trump mengatakan ingin menyelesaikan soal itu secara damai. Sebuah jalur yang saat ini  dan pemerintahannya tekankan adalah menyiapkan berbagai sanksi ekonomi baru,  dan mengesampingkan opsi militer di luar meja. "Kami ingin memecahkan masalah secara diplomatis tapi sangat sulit," katanya.

Trump memberikan pujian kepada Presiden China Xi Jinping atas bantuan China dalam usaha untuk mengendalikan Korea Utara. Kedua pemimpin tersebut bertemu di Florida awal bulan ini.

"Saya percaya Xi berusaha keras. Ia pasti tidak ingin melihat kekacauan dan gelimang darah. Ia orang yang sangat baik dan saya mengenalnya dengan baik," kata Trump, dilansir Reuters. "Dengan mengatakan bahwa dia mencintai China dan orang-orang China, saya tahu ia ingin melakukan sesuatu yang  mungkin tidak bisa dilakukannya," tambahnya.

Trump angkat bicara sehari setelah penasihat keamanan nasionalnya memberi penjelasan kepada anggota parlemen AS mengenai ancaman Korut dan satu hari sebelum Menteri Luar Negeri Rex Tillerso menekan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk memberikan sanksi lebih lanjut untuk mengisolasi Pyongyang melalui program nuklir dan misilnya.

Administrasi Trump pada Rabu (26/4) mengumumkan Korea Utara "ancaman keamanan nasional yang mendesak dan prioritas kebijakan luar negeri." Mereka mengatakan bahwa pihaknya akan menekankan sanksi ekonomi dan diplomatik, termasuk kerja sama China

Pejabat AS mengatakan serangan militer tetap menjadi pilihan namun kecil kemungkinan, meskipun pemerintah telah mengirim sebuah kapal induk dan sebuah kapal selam bertenaga nuklir ke wilayah tersebut dalam sebuah demonstrasi.

TERKINI
Staf PBB Meninggal, Israel Sebut Kendaraannya Diserang di Zona Pertempuran Aktif di Gaza Mahasiswa Harvard yang pro-Palestina Akhiri Perkemahan, Berjanji akan Lanjutkan Protes Terkait Perang Gaza, Yordania Gagalkan Rencana Pengiriman Senjata untuk Penentang Monarki Hadapi Kerusuhan di Kaledonia Baru, Prancis Upayakan Pembicaraan dan Kirim Polisi