Senin, 15/01/2024 10:44 WIB
Jakarta, Jurnas.com - Ekonom Muhammadiyah Dr Mukhaer Pakkanna menilai di masa rezim Jokowi terjadi entropi ekonomi yang bercirikan pada ekonomi biaya tinggi dan korupsi.
Mukhaer mengatakan, dalam entropi ekonomi ada ketidakteraturan sistem yang membuat birokrasi tak efisien dan tak efektif, sehingga membuat `mesin` ekonomi berjalan semakin tidak teratur.
"Kondisi itu membuat ekonomi tidak produktif. Saya sering mengandaikan, bila sebuah mesin motor mengonsumsi 1 liter bensin bisa menempuh 1 kilometer, karena sistem tidak teratur maka dengan 1 liter bensin bisa sampai 6 kilometer," papar Mukhaer dalam Podcast Narada Syndicate yang dipandu oleh aktivis Kusfiardi, baru-baru ini.
Mukhaer melanjutkan, analogi tersebut bila dimasukkan dalam konteks ekonomi politik, bermakna ada yang rusak di dalam sistem.
Inilah Kasus-kasus Sektor Pertanian Era Jokowi
Prabowo Diminta Tinjau Ulang Capim dan Dewas KPK Usulan Jokowi
Prabowo Diminta Tinjau Ulang Capim dan Dewas KPK Usulan Jokowi
Kerusakan itu, sambung Rektor Institut Teknologi Bisnis Ahmad Dahlan (ITB-AD) tersebut, tampak dalam Incremental Capital Output Ratio (ICOR) atau rasio antara output dengan input.
Yang tampak sekarang, ujar Mukhaer, adalah input banyak yang masuk, namun output sedikit.
"ICOR Indonesia itu 7,5, sedangkan negara-negara Asia Tenggara ICOR nya rata-rata 3,5," papar Mukhaer.
Artinya, sambungnya, semakin tinggi ICOR semakin tidak efisien pula perekonomian. Karena tingginya biaya yang dikeluarkan, hanya membuahkan hasil yang rendah.
"Kenaikan ICOR i?ani terjadi terutama di periode kedua pemerintahan Jokowi. Yang artinya, ekonomi semakin tidak efisien di periode kedua ini," ungkap Mukhaer.
Keyword : Oligarki Joko Widodo Jokowi Ekonom Muhammadiyah