Selasa, 15/08/2023 20:10 WIB
New York, Jurnas.com - Kasus Covid-19 kembali meningkat di Amerika Serikat (AS), Eropa, dan Asia, menyusul merebaknya Covid-19 subvarian EG.5 (Eris), turunan dari Omicron yang muncul November 2021 lalu.
Dikutip dari Reuters pada Selasa (15/8), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikan Eris sebagai subvarian yang patut diawasi lebih ketat daripada subvarian lainnya, karena mutasinya bisa lebih menular atau lebih parah.
"WHO mengatakan saat ini tampaknya tidak lebih mengancam kesehatan masyarakat daripada varian lain dan bahwa tidak ada bukti peningkatan keparahan penyakit yang terkait langsung dengan EG.5," demikian keterangan Reuters.
Per 8 Agustus 2023, WHO mengidentifikasi varian Eris di lebih dari 50 negara. Karena itu, Eris menjadi subvarian Covid-19 paling cepat berkembang di AS, dan bertanggung jawab atas sekitar 17 persen kasus saat ini.
Butuh Gerak Bersama untuk Cegah Penyakit Menular Seksual Secara Menyeluruh
Perkuat Layanan Posyandu dan Puskesmas untuk Antisipasi Lonjakan Sebaran Penyakit
WHO Luncurkan IPSN untuk Deteksi Ancaman Penyakit Menular
Menyikapi subvarian ini, Pfiezer/BiNTech, Moderna, dan Novavax telah menciptakan vaksin versi baru untuk menargetkan sublineage Omicron lainnya, XBB.1.5, yang dianggap lebih menyerupai berbagai strain virus yang terus bermutasi.
EG.5 mirip dengan XBB.1.5 meskipun subvarian yang lebih baru membawa satu mutasi pada protein lonjakannya, bagian dari virus yang ditargetkan oleh vaksin.
XBB.1.5 muncul pada akhir 2022 dan masih bertanggung jawab atas lebih dari 10 persen infeksi per 5 Agustus, menurut perkiraan Pusat Penanggulangan dan Pencegahan Penyakit (CDC).
Direktur CDC Dr. Mandy Cohen baru-baru ini mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa dia menargetkan vaksin baru tersedia secara luas di AS pada minggu ketiga atau keempat pada September mendatang.
Keyword : Virus Covid-19 Subvarian Eris Penyakit Menular